Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gawat, Perguruan Tinggi Abal-Abal Menjamur di Jakarta

Pengamat pendidikan Moestar Putrajaya menyatakan prihatin atas bermunculannya perguruan tinggi swasta abal-abal di wilayah DKI Jakarta, baik yang berbentuk universitas, sekolah tinggi, institut maupun akademi dan politeknik.
Ilustrasi-Demo menentang UU Perguruan Tinggi di Jakarta/Antara
Ilustrasi-Demo menentang UU Perguruan Tinggi di Jakarta/Antara

Bisnis.com, JAKARTA -- Jakarta dinilai menjadi lahan subur tumbuhnya perguruan tinggi swasta abal-abal alias asal ada atau tidak berkualitas.

Pengamat pendidikan Moestar Putrajaya menyatakan prihatin atas bermunculannya perguruan tinggi swasta abal-abal di wilayah DKI Jakarta, baik yang berbentuk universitas, sekolah tinggi, institut maupun akademi dan politeknik.

"Warga Jakarta agar berhati-hati terhadap perguruan tinggi baru yang menawarkan biaya kuliah sangat murah, sementara fasilitas kegiatan belajar-mengajarnya tidak jelas. Dalam kaitan ini Pemerintah harus segera menertibkan perguruan tinggi semacam ini," kata Moestar kepada pers di Jakarta, Rabu (19/3/2014).

Calon anggota Dewan Perwakilan Daerah dari Daerah Pemilihan DKI Jakarta dan Kepulauan Seribu itu juga mengemukakan, jika perguruan tinggi abal-abal tidak segera ditertibkan, maka kualitas pendidikan tinggi di Jakarta secara umum akan makin mengkhawatirkan.

Moestar mensinyalir di daerah-daerah lain di luar Jakarta pun telah bermunculan perguruan tinggi semacam itu, sehingga potret dunia pendidikan tinggi di Indonesia akan menjadi tercoreng.

Ia menengarai adanya "simbiosis mutualisma" atau kondisi saling menguntungkan antara perguruan tinggi abal-abal dengan para mahasiswanya.

Kondisi seperti ini menyebabkan terus bertambahnya perguruan-perguruan tinggi sejenis.

"Perguruan tinggi dimaksud berorientasi mengejar keuntungan semata, sementara para mahasiswanya hanya mengejar gelar, baik untuk kepentingan penyesuaian kenaikan jabatan di tempat kerjanya maupun sekadar untuk gengsi-gengsian," kata Moestar.

Wakil Ketua Yayasan Jayabaya itu lebih lanjut minta Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan agar lebih memperketat persyaratan untuk mendapatkan izin mendirikan perguruan tinggi. Bukan hanya di Jakarta, melainkan juga di daerah-daerah lainnya di seluruh Indonesia.

Ditanya tentang kondisi pendidikan secara umum di Jakarta, Moestar mengemukakan adanya sejumlah masalah yang belum dibenahi secara tuntas seperti penyimpangan program Kartu Jakarta Pintar dan sistem zonasi yang masih harus ditertibkan.

Di samping itu, masih ada dropping sarana perlengkapan sekolah yang tidak sesuai kebutuhan serta perbaikan sekolah tanpa mengedepankan prioritas, selain juga penerapan Kurikulum 2013 yang dinilai sebagian kalangan pendidikan masih membingungkan.

"Di Jakarta juga masih sering terjadi tawuran dan kekerasan antarpelajar, bahkan antarmahasiswa. Semoga ke depan tidak ada lagi kejadian yang mencoreng dunia pendidikan ini," kata putera pertama dari tokoh pendidikan nasional dan pendiri Universitas Jayabaya, Moeslim Taher itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Editor : Saeno
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper