Bisnis.com, JAKARTA - Malaysia Airlines Flight MH 370 diperkirakan menjauh ratusan mil dengan arah yang berlawanan dengan arah awalnya dan berhenti mengirimkan indentifikasi kode transponder sebelum menghilang. Demikian kata satu pejabat senior angkatan udara Malaysia kepada CNN, Selasa (11/3/2014).
Jika benar, ini bisa memperjelas pertanyaan: Apakah mungkin seseorang di kokpit dengan sengaja mengarahkan pesawat jauh dari tujuan yang dimaksudkan, kata mantan penyidik penerbangan AS.
"Ini semacam penyimpangan yang hanya bisa dijelaskan dalam kursus," kata Paul Goelz, mantan direktur dari National Transportation Safety Board.
Namun, pilot veteran Kit Darby , presiden Aviation Information Resources, mengatakan kepada CNN bahwa masalah mekanik masih bisa dijelaskan: Gangguan daya akan mematikan transponder utama dan cadangannya. "Tapi pesawat bisa terbang selama lebih dari satu jam," katanya.
Menurut pejabat Angkatan Udara Malaysia, yang menolak disebutkan namanya karena ia tidak berwenang berbicara kepada media, transponder pesawat itu tampaknya berhenti bekerja saat pengendali penerbangan kehilangan kontak dengan itu [pesawat] di dekat pantai Vietnam.
Malaysia Air Force kehilangan jejak pesawat di atas Pulau Perak, sebuah pulau kecil di Selat Malaka, ratusan mil dari jalur penerbangan untuk pesawat yang biasa bepergian antara Kuala Lumpur dan Beijing, kata pejabat itu .
Jika data yang dikutip oleh sumber benar, pesawat itu terbang dari Beijing dari sisi berlawanan dari Semenanjung Melayu, rute yang dijadwalkan .
Sebelumnya, kepala dari organisasi polisi internasional Interpol mengatakan pihaknya semakin yakin insiden itu tidak terkait dengan terorisme .
"Semakin banyak informasi yang kita dapatkan, semakin kita cenderung untuk menyimpulkan bahwa ini bukan insiden teroris," kata Sekretaris Jenderal Interpol Ronald Noble dalam jumpa pers di Lyon, Prancis.
Di antara bukti yang menunjuk ke arah itu, Noble mengatakan: berita dari pemerintah Malaysia bahwa salah satu dari dua orang yang dikatakan bepergian dengan paspor curian, seorang Iran, dalam perjalanan menemui ibunya di Jerman .
"Selanjutnya, tidak ada bukti yang menunjukkan terhubung ke organisasi teroris," ujar peneliti Malaysia .
Namun, Direktur CIA John Brennan mengatakan pihaknya belum bersedia mendiskon kemungkinan link teror dalam misteri yang "sangat mengganggu". " Tidak, kita tidak berkuasa untuk itu. Tidak sama sekali," katanya, Selasa di acara Council on Foreign Relations.
Dua penumpang yang telah mendominasi berita utama dua hari terakhir masuk ke Malaysia menggunakan paspor Iran yang valid, kata Noble dalam sebuah konferensi pers. "Tapi mereka menggunakan paspor curian milik pria Austria dan Italia untuk naik pesawat Malaysia yang hilang," katanya .
Noble memberi nama dan usia mereka sebagai Pouri Nourmohammadi , 18 , dan Delavar Seyed Mohammad Reza , 29 .
Polisi Malaysia sebelumnya mengidentifikasi Nourmohammadi menggunakan nama dan usia yang sedikit berbeda, mengatakan, mereka yakin bahwa mereka mencoba untuk bermigrasi ke Jerman.
Inspektur Jenderal Khalid Abu Bakar dari Kepolisian Kerajaan Malaysia mengatakan Iran muda itu tidak menjadi ancaman.
"Kami telah memeriksa latar belakangnya. Kami juga telah memeriksa dia dengan organisasi kepolisian lainnya dari profilnya, dan kami percaya bahwa dia tidak mungkin menjadi anggota dari kelompok teroris," kata Khalid .
Setelah ia gagal untuk tiba di Frankfurt, tujuan akhir dari tiketnya, ibunya menghubungi pihak berwenang, kata Khalid. Menurut catatan tiket, tiket ke Frankfurt dipesan dengan paspor Austria yang dicuri.
CNN Report memperoleh foto dari dua orang dengan dua teman mereka, diyakini diambil Sabtu sebelum pesawat menghilang. Di dalamnya, mereka berpose dengan dua orang lain, yang wajahnya oleh CNN dikaburkan untuk melindungi identitas mereka .(CNN.com)
