Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Distribusi Barang Terganggu Banjir, Pengusaha Jateng Rugi Rp30 Miliar

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah memperkirakan kerugian usaha kalangan industri mencapai Rp30 miliar akibat banjir yang terjadi di awal tahun.
    Banjir menghambat mobilitas dan distribusi barang.
Banjir menghambat mobilitas dan distribusi barang.

Bisnis.com, SEMARANG--Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah memperkirakan kerugian usaha kalangan industri mencapai Rp30 miliar akibat banjir yang terjadi selama awal tahun.

Banjir Jateng tahun ini banyak melanda wilayah pesisir Pantura yang sebagian jalurnya merupakan akses kendaraan pembawa barang produksi untuk keluar atau masuk Jateng.

Ketua DPD Apindo Jateng Frans menuturkan kerugian usaha akibat banjir belum bisa dihitung secara tetap, namun nyata menimbulkan beban operasional yang bertambah besar.

"Hitungan kasar kerugian pengusaha mencapai Rp20-30 miliar, belum dihitung secara rinci karena hingga pekan ini masih banyak hambatan logistik," katanya Senin (3/2).

Dampak banjir, kata Frans mengakibatkan rusaknya sejumlah bahan produksi seperti kain untuk industri garmen juga bahan makanan, sehingga otomatis mendatangkan kerugian.

Selain itu faktor produksi juga mengalami keterlambatan karena pasokan bahan terhambat. Di sisi lain, distribusi barang menjadi lambat karena jalur transportasi mengalami kemacetan bahkan akses sempat terputus.

"Ditambah lagi banyak pabrik terkena banjir dan menghentikan aktivitas pekerjaannya, akhirnya produktivitas menurun berdampak pada kerugian juga," lanjutnya.

Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah V Jateng-DIY sebelumnya telah menyurvei pengusaha dengan hasil perkiraan kenaikan nilai ekspor Jateng 2014 mencapai 10%.

"Prediksinya perekonomian dunia meningkat dan otomatis permintaan barang dari Indonesia juga naik, termasuk dari Jawa Tengah," ujarnya.

Sutikno menggarisbawahi, kenaikan itu terjadi jika tidak ada kendala cuaca atau faktor eksternal seperti akses distribusi barang produksi yang terhambat seperti banjir yang terjadi awal 2014 ini.

Eksportir produk tekstil Dedi Mulyadi berharap aktivitas ekspor segera kembali lancar sehingga biaya produksi dan operasional kembali normal.

Selama sebulan pertama 2014, pihaknya mengaku telah merugi Rp1 miliar untuk penambahan beban transportasi barang ekspor. Pasalnya ekspor yang biasanya menggunakan kapal laut harus digantikan dengan pesawat terbang yang tarifnya lebih mahal.

"Perusahan garmen itu lifetime-nya hanya 45 hari, kalau selama waktu itu barang tidak bisa dikirim, kita kena denda. Jadi mau tidak mau, ekspor yang tadinya pakai kapal, kali ini harus via pesawat," ujar GM PT Sandang Asia Maju Abadi itu.

Dipastikan, dampak banjir produktivitas usahanya menjadi kacau karena karyawan terlambat masuk kerja dan bahan baku yang terlambat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Setyardi Widodo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper