Bisnis.com, JAKARTA—PM Thailand Yingluck Shinawatra akhirnya mengumumkan negara dalam keadaan darurat kemarin setelah aksi anti pemerintahan mulai mengganggu rencana pelaksanaan pemilu pada 2 Februari mendatang.
Pengeboman dan penembakan di Bangkok menewaskan satu orang dan melukai sedikitnya 70 lainnya selama lima hari terakhir. Kondisi itu membuat Kepala Angkatan Bersenjata Prayuth Chan-Ocha meminta pelaku aksi protes menghentikan kegiatan mereka.
Sedangkan pemimpin aksi protes Suthep Thaugsuban berjanji akan terus melakukan aksi dengan memblokade sejumlah perempatan jalan utama di Bangkok yang sudah dimulai sejak 13 Januari.
“Mengumumkan keadaan darurat merupakan tindakan sangat berisiko dari pemerintah yang tengah diprotes warga,” ujar Kevin Hewison, direktur Asia Research Centre dari Murdoch University sebagaimana dikutip Bloomberg, Rabu 22/1/2014).
Menurutnya, risiko itu berupa terjadinya eskalasi kerusuhan yang memancing militer untuk turun.
Indeks saham Thailand (SET) anjlok 3,5% sehari setelah pengumuman keadaan darurat pada April 2010. Sedangkan kemarin indeks SET naik 0,2%.