Bisnis.com, MANADO—Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mengatakan jumlah total kerugian akibat banjir bandang dan tanah longor ditaksir mencapai Rp1,78 triliun. Bencana yang terjadi pada Rabu (15/1/2014) itu mengakibatkan 19 orang meningggal dan sekitar 40.000 orang mengungsi. Adapun, jumlah rumah penduduk yang hancur sebanyak 10.366 dan jumlah tempat ibadah yang rusak sebanyak 68 unit.
Hal itu diungkapkan Gubernur Sulut SH Sarundajang ketika menerima kunjungan ketua PMI Indonesia Jusuf Kalla, di Manado , Senin (20/1/2014). Sarundajang mengatakan banjir yang terjadi pada tahun ini merupakan banjir yang paling parah yang pernah terjadi di Sulut. Banjir dan lonsong terjadi hampir di semua wilayah mulai dari Manado, Tomohon, Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, dan Kepualauan Sangihe.
Pada kesempatan itu, Jusuf Kalla secara langsung melihat lokasi dan mengunjungi korban bencana di Tikala Baru, Paal Dua, dan Ranotana. Seperti diketahui daerah Tikala Baru, Paal Dua, Ranotana merupakan beberapa daerah mengalami dampak banjir paling parah.
Hingga hari ke-5 pascabencana, masyarakat masih terus berupaya membersihkan lumpur. Tinggi air pada saat banjir di ketiga tempat ini mencapai 2,5 m. Warga mengaku kesulitan untuk membersihkan lumpur karena semua drainase dan jalan masih dipenuhi dengan lumpur.
“Hanya dengan gotong-royongan baru bisa selesai. Yang terpenting sekarang ialah pembersihan kota supaya tidak menyebabkan masalah baru. Saya sudah mendapat laporan dari Gubernur dan kami akan bantu,” ujar JK.