Bisnis.com, BOJONEGORO - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, memberlakukan Siaga I dalam menghadapi ancaman banjir luapan Bengawan Solo di daerah hilir Jatim.
"Kenaikan air Bengawan Solo di daerah hilir Jatim dipengaruhi banjir di Ngawi dan sekitarnya, selain hujan lokal," kata Kasi Operasi UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom, seperti dikutip Antara, Selasa (7/1/2014).
Sesuai dengan data di UPT Bengawan Solo, ketinggian air Bengawan Solo di Ndungus, Ngawi, mencapai 6,70 meter (siaga I), Senin (6/1/2013) pukul 21.00 WIB.
Dampak naiknya air Bengawan Solo di Ngawi tersebut mengakibatkan ketinggian air Bengawan Solo pada papan duga di Bojonegoro naik mencapai 13,25 meter (Siaga I), Selasa pukul 06.00 WIB.
"Air Bengawan Solo masuk siaga I sejak sehari lalu, tapi kenaikannya tidak terlalu drastis, bahkan hari ini air cenderung turun," katanya.
Meski demikian, dia meminta tim penanggulangan bencana di sepanjang daerah hilir Jatim, mulai Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik tetap waspada, sebab ancaman banjir luapan sungai terpanjang di Jawa masih berpeluang terjadi sampai Februari.
"Sesuai dengan prakiraan Badan Meteologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, Surabaya, akhir Januari sampai Februari curah hujan di Bojonegoro dan sekitarnya tinggi, sehingga berpeluang menimbulkan banjir," ujarnya.
Secara terpisah, Bupati Bojonegoro Suyoto, menjelaskan pihaknya mengajukan permohonan kepada Pemerintah Pusat agar para petani di daerahnya yang tanaman padinya rusak terendam air banjir beberapa waktu lalu bisa memperoleh bantuan benih dan pupuk.
"Kalau petani bisa memperoleh bantuan benih dan pupuk juga biaya tanam maka Maret sudah bisa mulai tanam, sebab banjir sudah selesai," jelasnya.
Data di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, banjir Bengawan Solo dan anak sungainya di daerah setempat merendam tanaman padi seluas 4.865 hektare dan palawija 575 hektare dengan kerugian mencapai Rp10 miliar lebih.
Khusus di Kecamatan Kanor, kerugian luapan Bengawan Solo mencapai Rp16 miliar lebih akibat tanaman padi seluas 1.608 hektare di daerah setempat tidak bisa dipanen.