Bisnis.com, JAKARTA—Bila penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi menyambangi kantor tersangka korupsi merupakan pemandangan biasa, tapi bila kantor ketua KPK ‘disatroni’ orang untuk dikomplain menjadi pemandangan tidak biasa.
Peristiwa yang jarang terjadi itu terlihat pada Rabu (18/12/2013). Seorang wanita bercadar hijau ‘menyatroni’ kantor Ketua KPK Abraham Samad untuk menyampaikan protes atas pernyataan petinggi lembaga antikorupsi tersebut.
Siapa wanita ‘berani’ tersebut? Dia tak lain adalah mantan Wakil Direktur Keuangan Grup Permai, Yulianis.
Bekas bawahan tersangka korupsi Wisma Atlet M. Nazaruddin ini tidak hanya datang untuk komplain secara lisan tetapi juga menyerahkan surat protes kepada Abraham Samad.
Selidik punya selidik, ternyata protes Yulianis kepada Ketua KPK terkait pernyataan Samad soal pemberian ruang kepada Edhie Baskoro Yudhoyono atau yang akrab dipanggil Ibas.
Menurut catatan Bisnis, pada acara Refleksi Akhir Tahun Pekan Politik Kebangsaan di di International Conference of Islamic Studies (ICIS) Kamis (12/12/2013) Samad menyebut Yulianis sebagai orang aneh.
Sebab, menurutnya, saat diperiksa sebagai saksi dalam kasus Hambalang di KPK, Yulianis tidak pernah menyebutkan dan membuka dugaan keterlibatan Ibas. Namun nama Ibas disebut Yulianis saat diwaancara para wartawan di luar KPK dan juga di persidangan.
Lantaran itu, kata Samad, tidak ada nama Ibas dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Yulianis dalam penanganan kasus Hambalang. Jika ada dalam BAP Yulianis, lanjutnya, KPK sudah melakukan pemeriksaan terhadap Ibas.
Pernyataan Yulianis tadi dianggap oleh Ketua KPK bersifat berdiri sendiri. Sedangkan alat bukti tidak dapat berdiri sendiri dan perlu didukung bukti lain. Maka dari itu, kata Samad, KPK akan memanggil dan memeriksa Yulianis lagi, apakah akan mengungkap dugaan keterlibatan Ibas.
TANPA DIBAYAR
Pernyataan Ketua KPK itulah yang dipermasalahkan Yulianis.
“Saya kecewa karena kan saya sudah tiga tahun memberikan kesaksian tanpa dibayar. Kalau Pak Samad bilang saya aneh, jadi tiga tahun kesaksian saya itu menjadi seperti apa?" ujarnya seperti dikutip Antara.
Kekecewaan tersebut, menurutnya, telah dituangkan dalam surat pernyataan yang ditujukan kepada Samad.
Dia meminta agar Ketua KPK memeriksa catatan kesaksiannya dalam berita acara pemeriksaan. Setelah itu, mengklarifikasi pernyataan Samad ke media.
"Karena menyangkut masalah integritas Bapak sebagai pimpinan KPK dan saya juga tidak akan tinggal diam membela integitas saya sebagai manusia," ujar seraya menunjukkan suratnya kepada wartawan.
"Kalau menurut Pak Samad saya belum pernah dipanggil untuk kasus Hambalang, nih saya ada buktinya," tambah Yulianis yang membawa kumpulan surat-surat panggilan pemeriksaan untuk berbagai kasus dari KPK.
Namun, meskipun dia mengaku telah kecewa terhadap Samad, Yulianis menyatakan tetap bersedia memberikan kesaksian kepada KPK apabila dibutuhkan karena persoalannya ini murni urusan pribadi dengan Samad.
"Jadi, tidak ada hubungannya dengan KPK. Saya akan bersaksi terus walaupun Pak Samad bilang saya aneh, saya akan bersaksi apabila KPK memerlukan saya. Sejauh ini, sejak kasih kesaksian nggak ada intervensi, penyidik itu baik sama saya, mereka kooperatif," kata Yulianis.
Dalam suratnya kepada Samad, Yulianis menyatakan bahwa dirinya keberatan dengan pernyataan Samad ke beberapa media televisi dan juga media online yang menyatakan bahwa "Tidak pernah saya (Yulianis) menyebut Ibas dalam BAP saya dan saya dianggap orang aneh yang tidak perlu dipercaya".
Ia mengatakan bahwa pernah berbicara kepada penyidik saat kasus Wisma Atlet. Akan tetapi, Yulianis tidak ingat apakah hal tersebut masuk dalam BAP Wisma Atlet.
Kemudian dalam persidangan, dia menyebut semua orang yang berhubungan dengan kasus Nazaruddin, tidak hanya Ibas, tetapi banyak orang.
Akan tetapi, apa yang Yulianis sampaikan di persidangan adalah suatu fakta tanpa rekayasa, tanpa titipan, kesaksiannya adalah kesaksian seorang warga negara biasa tanpa kepentingan apa pun. Tidak sepeser pun negara atau siapa pun membayarnya.
Ketika dalam kasus Hambalang nama Ibas muncul saat penyidik menanyakan masalah kongres. Menurut Yulinis, tidak sedikit pun dirinya menyebutkan bila Ibas terkait dengan masalah Hambalang. Nama Ibas muncul terkait dengan masalah kongres Partai Demokrat.
Terkait kongres Partai Demokrat di Bandung pada 2010, menurutnya, Ibas menerima uang US$200.000 dari Grup Permai. Uang tersebut berikan langsung oleh bosnya, kala itu, Nazaruddin.
"Dicatatan saya ada nama Ibas, terkait dengan dana kongres. Jadi, bukan Hambalang karena di Permai itu tidak ada proyek hambalang," jelasnya.
Ia menyebutkan bahwa uang tersebut diberikan dalam bentuk tunai pada April 2010. "Saya yang memberikan uangnya kepada Pak Nazar."