Bisnis.com, BEIJING - BUMN di China, yang selama ini menikmati monopoli pasar dan mendapat akses kredit murah, harus menghadapi ujian setelah Partai Komunis berjanji mengalihkan dominasi perekonomian ke tangan pasar sebagai bagian dari agenda reformasi struktural.
Wang Tao, ekonom UBS AG, mengatakan China kemungkinan besar akan melonggarkan suku bunga dan kendali harga energi setelah pemerintah pekan ini mengambil keputusan penting untuk mengalokasikan sumber pertumbuhan.
Agenda reformasi Negeri Panda yang lain mencakup pembukaan lebih banyak industri dari operator swasta untuk turut terlibat ke dalam persaingan pasar. Hal itu akan menekan BUMN China yang menerima kurang dari separuh laba aset perusahaan swasta.
“Jelas ini adalah tekanan. Kepemilikan negara di beberapa kasus memang bukan hal buruk, tapi secara umum, perekonomian yang ditopang oleh BUMN bukanlah bentuk perekonomian untuk masa depan China. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana Anda melakukan transisi dengan benar,” jelas Klaus Rohland, Direktur Bank Dunia untuk China.
Strategi mantan Perdana Menteri Zhu Rongji pada 1990-an untuk memangkas kapasitas BUMN dengan jutaan catatan gaji (payroll) telah mendorong efisiensi dan menetapkan fondasi bagi pertumbuhan di atas level 10%.
Menurut Nicholas Lardy, mitra senior Peterson Institute for International Economics di Washington, saat ini BUMN kian menjadi penghalang dalam perekonomian China dengan laba aset sebesar 4,6% tahun lalu, dibandingkan dengan laba sebesar 12,4% dari sektor swasta.
Selisih tersebut juga terbukti pada pasar saham. Indeks saham gabungan Shanghai—yang anggota terbesarnya adalah perusahaan-perusahaan milik negara seperti ICBC dan Sinopec—telah merosot 30% dalam 3 tahun terakhir. Padahal, indeks saham ChiNext—yang didominasi perusahaan swasta—menguat 15%.
Selain di sektor perbankan dan energi, BUMN China juga memonopoli sektor kelistrikan, telekomunikasi, baja, otomotif, dan penerbangan. Perusahaan tersebut misalnya Dongfeng Motor Corp., Dongfang Electric Corp., Baosteel Group Corp., dan China Eastern Air Holding Co.
Pembawa Kerugian
Bank Dunia dan Pusat Studi Pembangunan China di Dewan Negara tahun lalu melaporkan penelitian bahwa satu dari setiap 4 BUMN di China mengalami kerugian.
“Sejumlah besar marjin laba dari BUMN datang dari hanya sebagian kecil perusahaan milik negara, yang tingkat keuntungannya sering kali dibatasi oleh daya saing dan akses terhadap modal murah, tanah, dan sumber daya alam,” papar laporan tersebut.
Dokumen dari rapat pleno Partai Komunis awal pekan ini mengindikasikan bahwa hambatan regulasi yang telah menaungi BUMN di beberapa subsektor akan segera dilucuti. Jejak kaki dari dominasi perusahaan negara dalam perekonomian China semakin menyusut
Diana Choyleva, Kepala Peneliti Ekonomi Makro di Lombard Street Research London, mengatakan pernyataan dari pleno tersebut menempatkan perusahaan swasta pada jenjang yang setingkat dengan perusahaan negara.
“Mereka yang secara akut terlibat dalam BUMN sadar bahwa ketika pasar diizinkan untuk menetapkan suku bunga dan mengalokasikan sumber daya domestik, permainan mereka selesai,” tegasnya dalam sebuah laporan.
Reformasi China, Monopoli Perusahaan Negara Akan Diuji
BUMN di China, yang selama ini menikmati monopoli pasar dan mendapat akses kredit murah, harus menghadapi ujian setelah Partai Komunis berjanji mengalihkan dominasi perekonomian ke tangan pasar sebagai bagian dari agenda reformasi struktural.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Wike Dita Herlinda
Editor : Bambang Supriyanto
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
11 menit yang lalu
Jaksa Agung dan Menteri Imigrasi Mulai Kaji Aturan Pemulangan Tahanan
56 menit yang lalu
Menaker Yassierli Blak-blakan, Kapan Perpres UMP 2025 Diteken Prabowo?
1 jam yang lalu
Hari Guru Nasional, Intip Tingkat Kesejahteraan Guru
2 jam yang lalu