Bisnis.com, TANJUNG REDEB, Kaltim-- Pohon-pohon yang tumbuh di kawasan hutan alam di Indonesia akan habis ditebang, dan menjadi gundul bila tidak ada kerja sama berbagai pihak, termasuk masyarakat, untuk mengawasinya. Untuk itu perlu model kemitraan antara perusahaan pemegang HPH dan warga sekitarnya.
Seperti yang dilakukan oleh perusahan pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT Sumalindo Lestari Jaya (SLJ) IV, di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kawasan hutannya seluas 63.550 hektare berada di antara 5 kampung masyarakat adat Dayak, suku asli di daerah ini.
Manajemen SLJ IV mengajak masyarakat berkompromi untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul, dan mencari solusinya. Hasil kesepakatan tersebut dibentuknya Badan Pengelola (BP) Hutan Hulu Segah yang mewadahi 5 kampung tersebut.
Kampung yang terd pada apat di kasawan konsesi hutan Suli IV ini, adalah Long Paai, Long Laai, Long Ayap, Long Ayan, dan Long Okeng. Namun, sejak 2009, Long Ayan mengundurkan diri keanggotaan BP Segah.
Keuntungan yang diperoleh masyarakar dari kehadiran BP ini adalah PT SLJ IV memberikan dana (fee) konsesi hutan kepada warga sebesar RP3.000 per meter kubik kayu hasil penebangan hutan, sesuai dengan SK Gubernur Kaltim No. 20/2000.
"Selain itu kami juga memberikan fee tambahan sebesar Rp30.000 per meter kubik kepada warga di 5 kampung yang hidup di sekitar SLJ IV," kata Uun Roudhotul Jannah, Kepala Sub Divisi Kehutanan PT Sumalindo Lestari Jaya, di sela-sela kunjungan ke kawasan hutan Berau, 11-14 November 2013.
Dia menuturkan dana fee tersebut diberikan setiap akhir tahun kepada warga melalui Kepala BP Hulu Segah yang dihadiri oleh camat, pejabat kehutanan, dan polisi setempat.
Besar dana fee tersebut, tambahnya, bervariasi. Tergantung dari hasil tebangan kayu yang juga berfluktuasi jumlahnya. Saat ini dari target 30.000 meter kubik per tahun, SLJ IV baru mencapai sekitar 18.000 meter kubik. "Besaran dananya tinggal mengalikan saja hasil penebangan dengan fee tersebut," ujar Uun yang sudah bekerja di PT SLJ sejak 25 tahun lalu.
Selain itu, lanjutnya, perusahaannya juga memberikan dana bea siswa sebesar Rp3 juta per bulan untuk seluruh anak-anak kampung yang duduk di bangku SMP sampai perguruan tinggi. Kini jumlahnya sekitar 80 orang. Mereka melanjutkan sekolah di kota, karena di kampung tersebut hanya ada SD.
Jones Lakan, Ketua BP Hulu Segah, menuturkan jumlah penduduk di 4 kampung tersebut kini sebanyak 330 KK, atau 1.000 jiwa.
"Sejak ada kerja sama ini, hidup kami agak terbantu. Ada beasiswa bagi anak-anak kami, ada pembuatan akses jalan untuk transportasi, dan berbagai bantuan sosial lainnya," kata Jonas, dari Suku Dayak Long Laai, yang juga seorang guru SD ini.
Dia mengatakan penduduk kampung tersebut mata pencahariannya antara lain ke sungai mendulang emas, ke ladang menanam padi, menangkap ikan, mencari kayu gaharu di tengah hutan.
"Untuk menjaga kelestarian hutan dan keadaan lingkungan di sekitar kami, ada beberapa peraturan kampung yang harus diperhatikan. Di antaranya tidak boleh melakukan pembalakan liar (illegal logging) dan tidak boleh mendulang emas pakai zat kimia," ungkap Jonas.
Dia menambahkan untuk mendampingi penduduk selama ini, terutama dalam bermitra dengan pT SLJ IV, mereka difasilitasi oleh The Nature Conservacy (TNC) sebuah LSM yang bergerak untuk konservasi sumber daya alam.
Ini Cara Sumalindo Membangun Kepercayaan Warga Sekitar HPH
Perusahaan hasil hutan sering kali menghadapi konflik dengan warga sekitar karena berbagai sebab. Namun, masalah ini bisa dihindari oleh Sumalindo Lestari Jaya. Ini rahasianya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Rahmayulis Saleh
Konten Premium