Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menimba Ilmu di Negeri Eks Uni Soviet

Kemungkinan masih belum banyak pelajar Indonesia yang tertarik untuk menimba ilmu di negara Federasi Rusia.
Kota Moskwa/National-geographic-pl
Kota Moskwa/National-geographic-pl

Bisnis.com, MOSKWA - Kemungkinan masih belum banyak pelajar Indonesia yang tertarik untuk menimba ilmu di negara Federasi Rusia.

Hal tersebut mungkin disebabkan oleh pandangan masyarakat yang masih menganggap Rusia sebagai negeri komunis atau hubungan masa lalu yang kurang harmonis antara Indonesia dan Rusia saat pemerintahan Orde Baru. 

Padahal, kini Rusia sudah menjadi negara republik yang demokratis dan terbuka sejak era Uni Soviet tumbang pada 26 Desember 1991.

Negeri yang akrab disebut beruang merah ini memiliki banyak kemajuan dan kehandalan teknologi. Selain teknologi persenjataan dan pertahahannya, sebut saja produksi pesawat sukhoi, Rusia pun memiliki teknologi angkasa luar dan satelit yang mutakhir. Fondasi ilmu pasti seperti matematika, fisika, kimia berkembang sangat kuat di negeri ini.

Rusia juga merupakan salah satu dari lima negara anggota PBB yang memiliki hak veto. Bahasa Rusia—yang menggunakan abjad sirilik—merupakan bahasa kelima terbanyak yang digunakan orang di dunia. 

Namun, hingga memasuki awal 2014 ini pelajar Tanah Air yang menempun ilmu disana hanya mencapai 165 orang. Jumlah tersebut sangat kecil apabila dibandingkan dengan pelajar Indonesia yang sebelumnya menuntut ilmu di Uni Soviet— Rusia yang kala itu masih menjadi bagian negara adikuasa terbesar di dunia saingan Amerika Serikat— yang jumlahnya mencapai 10.000 mahasiswa. 

Padahal, saat itu jumlah penduduk Indonesia pada era Orde Lama pimpinan Soekarno hanya mencapai sekitar 60 juta jiwa pada 1960 an, sedangkan pada tahun ini meningkat hingga empat kali lipat dibandingkan sebelumnya. 

Selanjutnya, jika dibandingkan dengan pelajar Indonesia yang menempuh pendidikannya di negara-negara lain, khususnya di Australia, Eropa Barat, ataupun Amerika Serikat, jumlah pelajar Indonesia yang berada di Rusia pun masih kalah jauh. 

Sebagai perbandingan misalnya, sejauh ini mayoritas pelajar Indonesia menyerbu negeri Kanguru Australia dan jumlahnya mencapai sekitar 15.000 orang. Lalu tercatat sekitar 7.000 pelajar Indonesia yang berada di Amerika Serikat, dan juga terdapat ribuan pelajar Indonesia yang menimba ilmu di negara-negara Eropa, Malaysia, Jepang, hingga Mesir. 

Selain itu, jika dibandingkan dengan pelajar dari negara lain seperti dari Vietnam, China, India yang belajar di Rusia, jumlah mereka pun mencapai ribuan. 

Sebagian besar pelajar Indonesia yang menginginkan belajar di negeri tetangga memiliki alasan yag didasari karena tidak begitu jauh dari Indonesia. Sebut saja, Singapura, Jepang, dan khususnya Australia yang hingga kini menjadi salah satu tujuan negara favorit para pelajar Indonesia. 

Kejadian seperti ini teringat oleh saya saat mengikuti seminar pendidikan internasional, saat hampir lulus dari SMA. Pembicara dalam seminar tersebut berpendapat bahwa lebih baik kuliah di negara yang jaraknya jauh sekalian. 

“Lebih baik kuliah sekalian jauh, jangan yang dekat-dekat seperti di Asia dan Australia karena lulusannya sama-sama dihargai dengan lulusan universitas di Indonesia. Toh, sekalipun jaraknya dekat, itu sama saja kalau kita kuliah di Eropa ataupun Amerika karena pastinya jarang bertemu dengan keluarga,” kata seorang narasumber dalam seminar itu. 

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Rusia (Permira) Aries Stevanus Gerryianto menilai pelajar Indonesia kurang menyadari perubahan dan kemajuan di Rusia. 

Sebagai negara besar, federasi Rusia diwarisi banyak sekali teknologi dan ilmu pengetahuan lain. Sejak Uni Soviet runtuh, Rusia lah yang merupakan ahli waris utama Uni Soviet, yakni mewarisi 50% jumlah penduduk, 2/3 luas wilayah, dan kurang lebih 50% aset-aset ekonomi beserta persenjataannya.  

“Perubahan yang sangat cepat di negara Rusia sebenernya menurut saya sedikit terlambat direspons oleh kita,” katanya, Kamis (7/11/2013). 

Pasca runtuhnya Uni Sovyet pada 1990, negeri Tirai Besi ini dengan sangat cepat memulihkan kondisi negaranya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Winda Rahmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper