Bisnis.com, SEMARANG-Jumlah produksi kopi di Jawa Tengah pada tahun ini mengalami penurunan dari 24.000 ton menjadi 18.000 ton akibat cuaca ekstrem pada masa penanaman.
Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jateng Mulyono Soesilo mengatakan panen terlambat sebulan karena cuaca panas berkepanjangan yang menyebabkan panen mundur dari perkiraan Mei-Agustus menjadi Juni-September.
"Cuaca ektrem awal tahun berpengaruh pada mutu green bean sehingga produksinya turun diperkirakan tinggal 18.000 ton [300.000 karung], padahal tahun lalu bisa 400.000 karung atau 24.000 ton," ungkapnya di Semarang, Minggu (6/10/2013).
Sementara itu, harga robusta di tingkat petani saat ini antara Rp18.000 – Rp19.000 per Kg tidak jauh berbeda dengan arabika di harga Rp18.000 - Rp20.000 per Kg. Level arbitrase kedua kopi itu menyempit karena permintaan robusta dunia cenderung naik sementara produksi hanya dihasilkan Vietnam, Brazil dan Indonesia.
Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APEKI) Jateng, Imam Sarjo mengatakan produksi periode 2013 otomatis menurun dipengaruhi keterlambatan pembungaan tanaman kopi.
"Produksi robusta pasti turun karena pembungaan terjadi hanya sekali sementara jika musim tidak berubah kopi bisa berbunga tiga kali selama masa panen sehingga produksi lebih banyak," tuturnya.
Produksi kopi Jateng selama ini, katanya, sebesar 40% untuk pasar ekspor tujuan Jepang, Itali, Jerman, Prancis dan negara lain, sementara 60% untuk pasar lokal memasok pabrik pembuat minuman instan.
Pasar domestik kopi Jateng pada dua tahun terakhir terus mengalami pertumbuhan dimana sebelumnya hanya sebanyak 30% dari panen. Peningkatan serapan kopi pasar lokal dipengaruhi berbagai produk baru berbahan kopi dan minat masyarakat pada jenis minuman ini.