Bisnis.com, MEDAN - Kenaikan harga kedelai yang banyak berakibat menurunnya produksi tahu dan tempe membuat Pemerintah Provinsi Sumatra Utara kebingungan.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemprov Sumut Bidar Alamsyah mengatakan kenaikan harga kedelai terjadi secara nasional sehingga dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.
"Kami berkunjung ke tempat sentra kedelai yang ada mesin-mesin itu, kami juga prihatin karena mereka juga kesulitan juga. Mereka tidak bisa menjual, kalaupun bisa menjual kedelai harus dikurangi besarannya," ujarnya, Kamis (12/9/2013).
Menurutnya kenaikan harga kedelai kali ini sama seperti saat krisis Eropa dan kekeringan yang melanda Amerika Serikat dua tahun lalu. Saat itu, harga kedelai terkerek hingga lebih dari Rp8.000/Kg. Dia menilai kondisi tersebut seharusnya menjadi pelajaran bersama untuk mencari solusi agar tidak terjadi yang kedua kalinya.
Akan tetapi, sambungnya, kenaikan harga kedelai justru kembali terjadi. Kedelai memang sudah ditetapkan oleh pemerintah berupa Harga Pokok Penjualan (HPP) sehingga Pemprov Sumut tak dapat berbuat banyak.
"Kita sama-sama melihat, kita juga mengkonsumsi tahu dan tempe dari kedelai. Coba tanyakan ke Dinas Pertanian apa langkah-langkah strategis yang dilakukan dalam menghadapi persoalan kedelai ini," lemparnya.