Bisnis.com, MEDAN - Kementerian Perhubungan menjadikan Medan sebagai salah satu proyek percontohan transportasi masal yang ramah lingkungan bersama Manado, Sulawesi Utara, dan Batam, Kepulauan Riau.
Kepala Bidang Lalulintas Angkutan Darat Dinas Perhubungan Medan Suriono mengatakan program yang diprakarsai oleh Kemenhub itu direncanakan akan diimplementasikan dalam jangka waktu yang cukup panjang.
"Medan menjadi percontohan penurunan efek gas rumah kaca di bidang transportasi terutama transportasi masal sebagai salah satu sumber emisi yang bergerak," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (10/9/2013).
Program jangka panjang untuk mewujudkan transportasi masal yang ramah lingkungan berbahan gas itu masih dalam tahap pembangunan sumber daya manusia (SDM).
Kepala Perhubungan Kota Medan Renward Parapat dan Kadishub Sumut Anthony Siahaan saat ini tengah mengkikuti kegiatan Capacity Development Mission di Jerman sejak 8-16 September.
Suriono mengatakan kegiatan yang dilakukan di Jerman tersebut telah diawali dengan penandatangan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Pilot Project Indonesia Sustainable Urban Transport Initiative di Westin Hotel Nusa Dua Bali, April 2013 lalu. Hingga ditunjuk kriterianya, kota Besar yaitu Medan, kota sedang yaitu Manado dan kota berkembang yaitu Batam.
MoU tersebut ditandatangani oleh Menteri Perhubungan EE Mangindaan, Gubernur Sumatra Utara Gatot Pujo Nugroho dan Plt Walikota Medan Dzulmi Eldin.
Bentuk kerjasama yang dilaksanakan di Bali lalu, ini ditandai dengan penandatanganan "Pilot Project Indonesia Sustainable Urban Transport Initiative (Indo Sutri) atau Proyek Percontohan Inisiatif Transportasi Perkotaan Indonesia yang berkelanjutan.
Kemenhub bekerjasama dengan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Jerman yang fokus pada pengembangan teknologi ramah lingkungan. Dia menjelaskan pihak LSM tersebut menyediakan dana dan pelatihan teknis kepada 9 kota di 3 negara termasuk Indonesia.
"Dengan menggunakan transportasi masal, targetnya emisi akan berkurang sekitar 5-6 mobil pribadi. Nanti arahnya kepada sistem transportasi yang tidak menggunakan mesin, arahnya kepada jalur sepeda dan fasilitasnya," paparnya.
Menurutnya, program tersebut akan berjalan selama minimal 5 tahun. Saat ini masih dalam tahap kajian dan inventarisasi di masing-masing daerah karena penanganan di setiap kota tersebut berbeda-beda.