Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Keresahan Publik Meningkat Jelang Pemilu 2014

Bisnis.com, JAKARTA--Perusahaan analis, Prapancha Research mencatat perbincangan seputar keamanan di jejaring sosial twitter dalam dua tahun terakhir sejak 25 Agustus 2011 meningkat dari waktu ke waktu yang menunjukkan gejala menguatnya keresahan publik

Bisnis.com, JAKARTA--Perusahaan analis, Prapancha Research mencatat perbincangan seputar keamanan di jejaring sosial twitter dalam dua tahun terakhir sejak 25 Agustus 2011 meningkat dari waktu ke waktu yang menunjukkan gejala menguatnya keresahan publik menjelang pemilu 2014.

Menurut Adi Achdiat, analis Prapancha Research,  mengatakan ada kecenderungan untuk menyatakan bahwa kondisi semakin hari semakin tidak aman.

"Namun, terkadang kita tidak punya landasan untuk mengatakan itu selain perasaan kita sendiri,"  paparnya, di Pontianak, Selasa (27/8/2013)


Ia mencontohkan, pernyataan maraknya premanisme hari ini membuat orang-orang cenderung menganggap Orde Baru jauh lebih aman.

Padahal,  menurutnya, dalam kenyataannya, premanisme juga tetap berkembang pada masa itu. Namun, rezim otoriter masa itu gencar mengaitkan pemerintahannya dengan keamanan dan stabilitas, sehingga tak heran bila kesan ini masih mudah teringat hingga sekarang.

Ia melanjutkan dari penelusuran lembganya,  pembicaraan dengan kata kunci "rasa aman", "tak aman", dan "nggak aman", pada dua tahun terakhir terus meningkat.

Pada pantauan setahun pertama, misalnya, yakni dari 25 Agustus 2011-25 Agustus 2012, rata-rata pembicaraan topik keamanan ini mencapai 204 perbincangan per hari.

"Pada tahun kedua, perbincangan mencapai rata-rata 523 per hari. Peningkatannya lebih dari dua kali lipat. Cukup signifikan," ujar dia.

Ia menilai hal itu dapat melandasi dugaan bahwa publik memang merasa semakin tidak aman.

"Meski ada saja kemungkinan analisis lain, namun dengan ramainya berita penembakan, kerusuhan penjara, serta kejahatan lain yang belakangan membombardir publik tak heran bila kecemasan publik terhadap keamanan juga meningkat," tutur Adi.

Selain itu, seiring dengan peningkatan perbincangan rasa tidak aman, tingkat singgung kata "kejahatan" pun turut menanjak.

Pada tahun pertama analisa, jumlah tercetusnya kata kejahatan mencapai rata-rata 663 kali per hari, di tahun kedua ia meningkat relatif tajam hingga mencapai rata-rata 1.924 kali per hari.

Ardi menegaskan ada tiga hal yang dapat menjadi pendorong peningkatan rasa tidak aman. Pertama, meningkatnya kriminalitas atau gangguan keamanan secara nyata. Kedua, meningkatnya jumlah pemberitaan tentang kejahatan. Ketiga, tidak menutup kemungkinan karena tahun politik yang semakin dekat.

Terlepas dari itu, ia mengingatkan, menjadi kewajiban aparatur negara untuk menjamin rasa aman warganya.

"Negara perlu mendorong penyelesaian kasus-kasus kejahatan besar yang meresahkan khalayak luas. Pada saat yang sama, negara pun mesti memastikan aparatur keamanan di lapangan melayani warga dan bukannya menambah keresahannya," demikian Adi Achdiat. (Antara)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ismail Fahmi
Editor : Ismail Fahmi
Sumber : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper