Bisnis.com, JAKARTA - Nahdlatul Ulama mengisyaratkan Lebaran Idulfitri tahun ini akan bersamaan antara organisasi masyarakat Islam dengan pemerintah.
Namun demikian, NU tetap akan melakukan rukyatul hilal (melihat bulan sabit secara kasat mata) pada 7 Agustus.
"Kami menurunkan tim rukyatul hilal pada 12 lokasi, karena rukyatul hilal itu merupakan perintah syar'i yang langsung dari Rasulullah SAW," kata HM Sholeh Hayat, Ketua PWNU Jatim, Minggu (4/8/2013).
Dia menjelaskan Rasulullah SAW memerintahkan bahwa dalam mengakhiri Ramadhan perlu dilakukan rukyatul hilal bil fikli.
"Ijtimak sebagai peristiwa astronomis terkait proses awal lahirnya hilal pada Rabu (7/8/2013) sekitar jam 03.11 WIB sampai 04.52 WIB dengan perkiraan irtifak (pertanda ketinggian hilal pasca-ghurub) pada 3,9 hingga 7,17 derajat," katanya.
Dengan ijtimak itu, potensi keberhasilan rukyatul hilal cukup besar sebagaimana hisab (hitungan matematis) para ahli di Badan Hisab Rukyat Provinsi Jatim
bahwa 21 kitab/sistem rujukan berkesimpulan bahwa 1 Syawal 1434 H secara hisab akan jatuh pada Kamis, 8 Agustus 2013.
"Insya Allah, Lebaran akan bersamaan, tapi hasil hisab tersebut masih perlu dikombinasi dengan hasil rukyatul hilal pada Rabu (7/8) sore,
sekaligus akan dikuatkan oleh Sidang Itsbat Kementerian Agama pada Rabu (7/8) malam sekitar pukul 19.00 WIB," katanya.
Sebelumnya Muhammadiyah sudah memastikan awal Syawal 1434 Hijriah jatuh pada hari Kamis, 8 Agustus 2013 Masehi, berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal dan hasil
musyawarah Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Penetapan yang ditandatangani Ketua umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dan Sekretaris Umum PP Mummadiyah Danarto itu tertuang dalam Maklumat No.04/MLM/I.0/E/2013 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1434 H tertanggal 23 Mei 2013. (antara/yus)