Bisnis.com, LONDON--Kelahiran Pangeran Inggris George telah membuka kembali keretakan diantara rakyat Skotlandia yang berkampanye untuk mendapatkan kemerdekaan tahun depan atau rakyat yang tetap ingin mempertahankan kesatuannya dengan Inggris yang sudah terjalin selama 306 tahun.
Kampanye Yes Scotland berkeinginan untuk memenangkan referendum kemerdekaan dari Inggris tahun 2014 dan mendapatkan hak kemerdekaan bernegara seutuhnya pada 2016.
Namun, Ketua Pro-Kemerdekaan Skotlandia melakukan kampanye anti-monarki dan mengatakan bahwa Pangeran George, putra pertama dari Pangeran William dan Kate, tidak akan pernah menjadi raja negara merdeka Skotlandia.
Dennis Canavan, mantan pembuat undang-undang Partai Buruh mengatakan pemilihan kepala negara secara turun-temurun merupakan penghinaan terhadap demokrasi dan penempatan yang salah untuk era demokrasi modern abad 21.
"Kelahiran seorang bayi adalah situasi yang sangat membahagiakan, dan saya mengucapkan selamat kepada keluarga kerajaan, katanya.
"Tetapi melihat kesempatannya untuk menjadi Raja George, ini penting untuk diingat bahwa demokrasi yang sebenarnya didasarkan oleh kedaulatan rakyat, bukan kedaulatan kerajaan," tambahnya.
Polling di Skotlandia menunjukkan 1/3 warga skotlandia memilih untuk sepenuhnya merdeka dari Inggris sedangkan separuh menginginkan tetap menjadi bagian dari Inggris. Sisanya belum bersuara. (ra)