Bisnis.com, MAKASSAR—Sebanyak 6 pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel yang akan dibangun di Sulawesi dan Maluku menghabiskan dana investasi sekitar Rp36 triliun.
Berdasarkan data Bank Indonesia, keenam pabrik smelter tersebut dibangun dengan kapasitas setara 2,7 juta ton bijih nikel.
Lokasi pembangunan smelter itu berada di 6 wilayah, yakni, pertama, di Buli, Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara, dengan estimasi nilai proyek sekitar US$1,6 miliar.
Bentuknya adalah penambangan bijih nikel dan pembangunan pabrik feronikel dengan kapasitas 27.000 ton nikel dalam feronikel. Selain itu, juga pembelian tenaga listrik dari PLN selama 30 tahun untuk operasi dan infrastruktur proyek Feronikel Halmahera.
Kedua, di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, berupa Power Plant PLTU Pomala dengan nilai investasi sekitar Rp200 miliar pada 2013 dan pembangunan pabrik Ferronikel dan pabrik Stainless Steel Konawe Utara pada 2014.
Ketiga di Molore, masih wilayah Konawe Utara. Nilai investasinya mencapai US$ 1,8 miliar untuk pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian bijih nikel.
Penandatanganan kerja sama antara Ibris Nickel Pte. Ltd dengan Yong-Xing Alloy Materials Technology Taizhou Co. Ltd dalam pembangunan smelter ini dilakukan pada 19 Juni 2013. Ibris Nickel memiliki anak perusahaan PT. Stargate Pasific Resources sebagai pemilik Izin Usaha Pertambangan (IUP) untuk bijih nikel di Konawe Utara.
Keempat, di Jeneponto, Sulawesi Selatan, dengan investasi 2013 untuk pembangunan smelter nikel di atas lahan seluas 60 hektare senilai US$300 Juta.
Menurut BI telah terjadi MoU dengan PLN terkait pasokan listrik 70 MW untuk kebutuhan smelter nikel ini.
Kelima, di Morowali, Sulawesi Tengah, dengan nilai proyek untuk membangun pabrik pemurnian nikel sebesar US$1,06 miliar(Rp10,3 triliun), dengan rincian US$960 juta untuk smelter dan pembangkit listrik, dan US$100 juta untuk pengembangan tambang dan pembangunan fasilitas pendukung.
Catatan BI menunjukkan smelter tahap pertama sudah bisa beroperasi akhir 2014 dan akan memproduksi feronikel. Investasi yang sudah terlaksana sebesar 30% dari investasi tahap pertama, yang diperkirakan mampu mengolah sekitar 300.000 ton nikel kasar (nickel pig iron).
Smelter ini dibangun oleh PT Sulawesi Mining Investmen yang merupakan perusahaan patungan antara Bintang Delapan Group dari Indonesia dengan Tsingshan Group dari China.
Keenam di Bantaeng, Sulawesi Selatan, dengan nilai proyek sebesar Rp5 triliun. Untuk proyek ini, PT Titan Mineral Utama, PT Cinta Jaya HM Yunus Kadir, dan PT Cheng Feng Mining sebagai investor bekerja sama dengan PLN untuk penyediaan 370 MW listrik.