BERLIN – Kanselir Jerman Angela Merkel dituduh menyembunyikan data soal biaya stimulus Jerman untuk krisis Eropa selama masa kampanye untuk mempertahankan kursinya di Pemilu Jerman, yang aka ditgelar 22 September.
Merkel menyangkal tudingan itu dan bersikeras pihaknya tidak mengabaikan Spanyol, Portugal, dan Yunani yang saat ini sedang membutuhkan program dana talangan.
“Kami tidak meninggalkan siapapun di dalam kegelapan tentang apa yang seharusnya dilakukan,” ujarnya pada stasiun televisi ARD Minggu (14/7) seperti dikutip Bloomberg.
Pemilu Jerman—yang hanya tinggal 10 pekan lagi—terus membayangi proses pengambilan keputusan di zona euro. Padahal, guncangan politik di Spanyol dan Portugal, serta gelombang pemecatan pegawai negeri sipil (PNS) di Yunani membutuhkan penanganan cepat.
Beberapa jajak pendapat yang diadakan pada akhir pekan lalu menunjukkan adanya kemungkinan yang sangat besar Merkel akan kembali menjabat sebagai Kanselir saat pemilu digelar pada 22 September.
Menurut survei yang didakan oleh Allensbach, Partai Kristen Demokrat pimpinan Merkel mengamankan 40% dukungan, sementara koalisi Demokrat Bebas (FDP) yang bernaung di bawahnya mendapatkan 6,5% dukungan. Angka tersebut sudah cukup untuk dapat memenangkan pemilihan di tingkat majelis rendah atau Bundestag.
Merkel menasehati para pemilih untuk mendukung partai koalisi. Dia yakin FDP yang terkenal probisnis akan memperoleh lebih dari 5% suara, yang merupakan batasan minium untuk dapat memenangkan kursi di Parlemen Jerman. “Saya tengah berkonsentrasi dengan tujuan saya. Saya menginginkan koalisi Kristen-Liberal dapat terus berlanjut,” tegas Merkel.