Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

China Perluas Pengawasan Terhadap Korporasi Asing

BISNIS,COM, BEIJING--Pemerintah China memperluas pengawasan terhadap korporasi asing di negeri berpenduduk terbesar itu untuk perlindungan konsumen. 
Anissa Margrit
Anissa Margrit - Bisnis.com 05 Juli 2013  |  22:46 WIB
China Perluas Pengawasan Terhadap Korporasi Asing

BISNIS,COM, BEIJING--Pemerintah China memperluas pengawasan terhadap korporasi asing di negeri berpenduduk terbesar itu untuk perlindungan konsumen. 

Cina memasukkan perusahaan makanan dan produk susu dalam daftar pengawasan, termasuk Tetra Pak Group, perusahaan pengolahan dan penyedia kemasan makanan yang berbasis di Swiss. 

Pemeriksaan dilakukan oleh State Administration for Industry & Commerce, sebuah lembaga pengawas usaha di China, demikian Bloomberg melaporkan Jumat (5/7/2013).

Sebelumnya, Nestle SA dan Danone SA sudah dimasukkan daftar pengawasan, karena kedua korporasi ini dicurigai melakukan penetapan harga secara sepihak, atau price-fixing, untuk produk susu formula bayi. Tudingan itu membuat mereka bereaksi dengan segera menurunkan harga. 

Di luar kedua perusahaan itu, Mead Johnson Nutrition Co., Abbot Laboratories, Royal Friesland Campina NV, yang seluruhnya bergerak di bidang yang sama, juga turut diperiksa dengan dugaan serupa. 

Perusahaan yang diawasi bergerak di berbagai sektor. GlaxoSmithKline Plc, perusahaan farmasi asal London, pun baru-baru ini tengah diinvestigasi aparat setempat perihal perlindungan konsumen terkait tuduhan pemberian resep obat secara ilegal. 

Pengetatan pengawasan terhadap korporasi asing di China merupakan tindak lanjut pernyataan Perdana Menteri Li Keqiang yang menginginkan adanya perlindungan lebih baik bagi konsumen di negeri asal Panda itu.

Apple Inc. dan Yum! Brands Inc., induk usaha berbagai jaringan fast food semacam KFC dan Pizza Hut, adalah dua perusahaan yang terpaksa meminta maaf kepada rakyat China pada awal tahun ini karena operasional mereka yang dipandang telah merugikan konsumen. (Bloomberg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor : Fatkhul Maskur

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top