BISNIS.COM, MEDAN—Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa meresmikan pemasangan tiang pancang (ground breaking) pembangunan pabrik PT Unilever Oleochemical Indonesia.
Pembangunan pabrik sister company dari PT Unilever Tbk (UNVR) yang dilakukan hari ini, Rabu (3/7/2013), sekaligus meresmikan proyek infrastruktur lainnya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei.
Hatta tiba pukul 11.00 WIB menggunakan helikopter didampingi Menteri Perhubungan EE Mangindaan, Menteri Perindustrian MS Hidayat, dan Kepala BPN Hendarman Supanji, serta Gubernur Sumatra Utara Gatot Pudjo Nugroho.
Sancoyo Antarikso, Komisaris PT Unilever Oleochemical Indonesia mengungkapkan pihaknya telah menyiapkan belanja modal (capital expenditure/Capex) dengan total Rp1,45 triliun untuk pembelian tanah dan pembangunan pabrik oleochemical di Sei Mangkei.
Pada 5 Maret 2013 lalu, jelasnya, perseroan telah melakukan penandatanganan perjanjian jual beli lahan (conditional sales agreement) pada kavling M, N, R dan S dengan PT Perkebunan Nusantara III selaku pengelola KEK Sei Mangkei seluas 18 hektare.
"Kami masih memiliki lahan sekitar 9 hektare untuk cadangan lahan," ujarnya, Rabu (3/7/2013).
Saat ini, katanya, pihaknya masih menggunakan dana internal Unilever Oleochemical Indonesia (UOI) untuk investasi tersebut. Namun, tidak menutup kemungkinan pihaknya akan menggunakan dana eksternal melalui pinjaman perbankan maupun obligasi.
Pembangunan pabrik tersebut ditargetkan beroperasi pada Oktober 2014, dengan lama pengerjaan 12—15 bulan.
Pabrik tersebut akan digunakan untuk memproduksi bahan baku crude palm kernel oil (CPKO) yang akan diolah menjadi beberapa varian produk seperti surfaktan, soap, noodels, dan fatty acid dengan kapasitas 200.000 ton per tahun. CPKO tersebut bisa didapatkan dari hasil produksi PTPN II, swasta, maupun masyarakat.
Nantinya, sebanyak 95% produk olahan kelapa sawit tersebut akan digunakan sendiri oleh Unilever dan 5% untuk perusahaan lokal. Dari 95% tersebut sebanyak 85% untuk kebutuhan ekspor ke berbagai negara seperti kawasan Asia, Eropa dan Amerika Latin, sedangkan 15% sisanya untuk kebutuhan domestik.