BISNIS.COM, MAKASSAR--BPS mencatat tingkat penurunan harga konsumen (deflasi) di Sulawesi Selatan sebesar -0,26% selama Mei 2013, lebih baik daripada rerata nasional -0,03%.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel menunjukkan inflasi untuk tahun berjalan (Januari-Mei 2013) sebesar +1,73% dan laju kenaikan harga year-on-year (yoy) sebesar 4,4%.
Sebagai pembanding, inflasi nasional Januari−Mei 2,30%, sedangkan yoy sebesar 5,47%. Padahal, angka pertumbuhan ekonomi Sulsel sebesar 7,79% pada triwulan I/2013, lebih tinggi daripada nasional sebesar 6,02%.
"Tingkat inflasi Sulsel selalu di bawah nasional yang artinya tingkat perkembangan harga jauh lebih rendah daripada nasional," kata Kepala BPS Sulsel Nursam Salam, Senin (3/6).
Deflasi selama Mei disebebkan turunnya harga komoditas pada kelompok sandang sebesar -2,5%, diikuti bahan makanan 0,63%. Listrik tercatat naik 3,6%, tomat sayur 24,92%, dan telur ayam 11,64%.
Kelompok lainnya inflasi, terbesar dari kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,5%.
Dari 9 kota di Sulsel, terdapat 2 kota mengalami inflasi yakni Kendari +0,74% dan Mamuju +0,45%. Adapun, 7 kota lainnya mengalami deflasi, terbesar di Watampone -0,49%.
Harga-harga barang di Ibukota Sulsel, Kota Makassar, juga turun sebesar 0,24% selama bulan lalu apabila dibandingkan dengan April 2013.
Deflasi di Makassar terutama dipicu turunnya harga bawang putih -29,57%, bawang merah -24,04%, dan cabai rawit -21,04%. "Harga emas perhiasan bulan lalu juga turun -8,67%," ujar Nursam.