Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CAPRES 2014: Siapa yang Bisa Menandingi Jokowi?

BISNIS.COM, JAKARTA-Publik mendambakan pemimpin masa depan yang memiliki karakter bersih dari praktik tindak pidana korupsi dan hidup sederhana, seperti yang melekat pada sosok Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta saat ini.

BISNIS.COM, JAKARTA-Publik mendambakan pemimpin masa depan yang memiliki karakter bersih dari praktik tindak pidana korupsi dan hidup sederhana, seperti yang melekat pada sosok Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta saat ini.

"Dari survei CSIS [Centre for Strategic and International Studies], elektabilitas Jokowi unggul jauh dari calon lain, itu menunjukkan publik mencari figur yang sederhana dan tidak korupsi," kata Budiatna, pengamat politik dari UI, seperti dikutip Antara, Sabtu (1/6/2013).

Dia menilai, kebijakan yang diambil Jokowi dalam memimpin Jakarta menyentuh kepentingan masyarakat tanpa ada sistem birokrasi yang menghambat.

Budiatna mencontohkan program Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang dapat diakses langsung penduduk Jakarta tanpa surat rekomendasi dari kelurahan.

Sebelumnya, berdasarkan survei CSIS, tingkat elektabilitas Jokowi sebagai calon presiden sebesar 28,6%, mengungguli capres yang sudah beredar selama ini yakni Prabowo Subianto 15,6%, Aburizal Bakrie 7%, Megawati Soekarnoputri 5,4%, Jusuf Kalla 3,7%, Mahfud Md. 2,4%, Hatta Rajasa 2,2%, sekitar 28% responden belum memiliki pilihan.

 

Dari segi popularitas, Jokowi paling populer di antara pejabat publik atau pejabat negara lainnya.

 

Popularitas politikus PDI Perjuangan itu sebesar 85,9%, mengalahkan Ani Yudhoyono di angka 78,5%.

Pejabat lainnya, yakni Sri Sultan Hamengku Buwono X 59,5%, Dahlan Iskan 42,6%, Mahfud MD 39,6%, Pramono Edhie Wibowo 20,2%, Djoko Suyanto 15,2%, Gita Wirjawan 8,4%.

Budiatna mengatakan Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto merupakan figur yang potensial karena dicitrakan bersih, cerdas dan keturunan bengawan ekonomi Indonesia, Sumitro Djojohadikusumo.

Namun menurutnya, Prabowo masih terganjal dengan pencitraan negatif karena dikaitkan dengan kasus Hak Asasi Manusia (HAM) pada saat reformasi 1998.

"Saat ini masyarakat melirik figur yakni orang yang bersih dan tidak memiliki dosa politik," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Yusran Yunus
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper