Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

PABRIK RUNTUH: Pencarian di Bangladesh Disetop, Tewas 1.127 Orang

BISNIS.COM, DHAKA--Upaya pencarian korban akibat ambruknya pabrik tekstil di Bangladesh segera dihentikan. Sejauh ini, jumlah korban tewas yang ditemukan petugas mencapai 1.127 orang. Kapten Tazul Islam, juru bicara operasi penyelamatan korban reruntuhan
Farodlilah Muqoddam
Farodlilah Muqoddam - Bisnis.com 13 Mei 2013  |  20:46 WIB
PABRIK RUNTUH: Pencarian di Bangladesh Disetop, Tewas 1.127 Orang

BISNIS.COM, DHAKA--Upaya pencarian korban akibat ambruknya pabrik tekstil di Bangladesh segera dihentikan. Sejauh ini, jumlah korban tewas yang ditemukan petugas mencapai 1.127 orang.

Kapten Tazul Islam, juru bicara operasi penyelamatan korban reruntuhan bangunan pabrik tersebut mengatakan proses pencarian korban akan segera dihentikan karena tidak ada lagi korban tewas ditemukan.

"Tim penyelamat telah mencapai basement, sehingga kesempatan menemukan korban sudah semakin kecil," katanya sebagaimana dikutip Reuters, Senin (13/5/2013).

Selanjutnya, tanggung jawab atas penanganan gedung yang rubuh tersebut akan dialihkan kepada pemerintah lokal.

Jumlah korban tewas akibat runtuhnya Rana Plaza pada 24 April lalu merupakan yang terbesar sejak tragedi Bhopal di India pada 1984. Sementara itu, sekitar 2.500 orang berhasil diselamatkan.

Tragedi runtuhnya bangunan pabrik tersebut menambah panjang daftar insiden kecelakaan yang terjadi dalam industri garmen di Bangladesh, setelah pada November lalu sebuah kebakaran menewaskan 112 orang. Pekan lalu, di tempat berbeda, delapan pekerja pabrik garmen juga tewas dalam insiden kebakaran di pabrik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

korban tewas kecelakaan pabrik bangladesh

Sumber : Reuters

Editor : Martin Sihombing

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top