BISNIS.COM, JAKARTA-Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) kini memiliki pemimpin baru yakni Roberto Azevedo dari Brazil.
Azevedo yang selalu unggul di setiap proses pemilihan, akhirnya terpilih menjadi Direktur Jenderal WTO menjelang pertemuan organisasi perdagangan internasional itu di Bali, Desember mendatang.
Diplomat karir Azevedo mengalahkan mantan negosiator perdagangan Meksiko Herminio Blanco di babak akhir kontes dan merupakan pejabat pertama dari kelompok negara BRICS (Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan) yang menduduki jabatan tersebut.
Azevedo akan menggantikan Pascal Lamy asal Prancis yang setelah dua periode empat tahunan berturut-berturut menjadi pemimpin WTO, yang akan lengser pada 1 September mendatang.
Salah satu tugas berat yang menanti Azevedo adalah apakah ia mampu membuat pertemuan tingkat menteri WTO di Bali, Desember mendatang, sukses. Selama ini, sejak putaran Doha 2001, perundingan WTO selalu menemui jalan buntu karena tidak adanya titik temu antara kepentingan negara maju dengan negara berkembang dan miskin, khususnya di sektor pertanian.
Sebelum terpilih Azevedo menegaskan bahwa sebagai pemimpin WTO, ia tidak akan menjadi alat permainan Brazil. "Jika saya terpilih, saya tidak akan berada di sana membela kepentingan Brazil atau apa pun jenisnya, atau kebijakan perdagangan Brazil," katanya kepada AFP.
Amerika Serikat, Kanada, dan Prancis menyambut baik penunjukan Azevedo sebagai Direktur Jenderal WTO. Kanada mendesak dia untuk memerangi ancaman yang ditimbulkan proteksionisme terhadap pemulihan ekonomi global.
Sementara AS menyatakan menantikan untuk bekerja dengan dia dan sesama anggota untuk lebih kuat, relevan, dan organisasi yang produktif dalam tahun-tahun mendatang.
Washington meningkatkan tekanan pada WTO untuk memulai kembali perundingan Putaran Doha yang lama terhenti menuju pakta perdagangan global baru dengan mendorong maju perjanjian perdagangan bebas trans-Pasifik dan trans-Atlantik dalam kasus kegagalan Doha.
Terpilihnya Azevedo memunculkan harapan bagi Indonesia agar ia mampu menyumbangkan kompetensinya dalam menjembatani kepentingan negara maju dan berkembang dalam perundingan di organisasi tersebut.
"Saya percaya sistem pemilihan pimpinan WTO itu berdasarkan kompetensi. Ia harus menyumbangkan kompetensinya itu untuk menjembatani negara maju dan negara berkembang," kata Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan kepada wartawan di ruang kerjanya, di Jakarta, Rabu (8/5/2013).
Menurut Gita, mengingat Azevedo berasal dari Brazil yang merupakan negara berkembang, seharusnya dia bisa merasakan dan merangkul kepentingan negara-negara berkembang dan miskin dalam berunding dengan negara maju di pertemuan organisasi perdagangan internasional itu.
Ia juga mengatakan, jika Azevedo mampu meyakinkan negara maju dalam perundingan mendatang, maka hal itu cukup membantu suksesnya pertemuan tingkat menteri WTO di Bali pada Desember mendatang.
Mengenai pertemuan WTO pada Desember mendatang, Gita Wirjawan menilai perundingan sektor pertanian masih menjadi hal yang pelik karena belum muncul keluwesan sikap di kutub negara maju maupun berkembang.
"Paket pertanian ini masih pelik. Negara maju dan berkembang serta miskin belum berpandangan sepadan dalam sektor ini. Ini yang harus disepadankan. PR kita masih banyak," katanya kepada wartawan ketika menjelaskan hasil kunjungannya ke Jenewa beberapa waktu lalu, membahas persiapan Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan itu.
Ditanya apakah dalam pertemuan mendatang semua pihak akan luwes atau fleksibel sehingga pertemuan itu akan sukses, Gita hanya mengatakan semoga semua pihak berniat baik.
Meski demikian, Gita mengharapkan agar pertemuan tingkat menteri WTO mendatang akan sukses dengan dihasilkannya Putaran Bali yang dapat menjadi warisan bagi Indonesia sehingga bisa menjadi "branding" dalam pergaulan internasional.
Azevedo, 55 tahun, adalah negosiator yang berpengalaman dan pembangun konsensus di WTO. Statusnya sebagai orang dalam tampaknya telah membantu memenangkan pertarungan tersebut.
Ia telah menjadi duta besar Brazil untuk WTO sejak 2008, setelah bekerja sebagai seorang kepala litigator dalam sengketa perdagangan tingkat tinggi, membuatnya sangat baik ditempatkan untuk menavigasi sistem untuk mencoba menghapus kebuntuan Putaran Doha.
Putaran Doha, diluncurkan pada pertemuan puncak di Qatar pada 2001, bertujuan untuk membuka pasar dan menghapus hambatan perdagangan seperti subsidi serta pajak dan peraturan yang berlebihan, guna memanfaatkan perdagangan internasional bagi pembangunan negara-negara miskin.
Dia sekarang menghadapi tugas berat mencoba untuk menghidupkan kembali pembicaraan liberalisasi perdagangan Putaran Doha WTO yang terhenti, yang diluncurkan pada 2001 dengan tujuan menggunakan perdagangan internasional untuk meningkatkan pembangunan di negara anggota yang miskin.
Dalam pemilihan pimpinan kali ini, belum pernah terjadi sebelumnya sembilan nama memasuki bursa perlombaan calon pimpinan WTO.
Mereka yang tersisih di babak pertama pada pertengahan April berasal dari Kenya, Ghana, Jordania dan Kosta Rika, sementara Indonesia, Korea Selatan dan Selandia Baru keluar dari perlombaan di babak kedua pada akhir bulan.
Sejak didirikan dalam bentuk yang sekarang pada 1995, kepala WTO telah di jabat oleh Irlandia, Italia, Selandia Baru dan Thailand, serta Lamy dari Prancis yang menjabat sejak 2005 dan akan berakhir 1 September mendatang.
Indonesia sendiri mencalonkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu sebagai ketua WTO. Namun Mari yang sebelumnya menjabat menteri perdagangan itu terhenti di putaran kedua setelah tak mendapat dukungan dari 159 negara anggota WTO.(achmad buchori/antara/yus)