Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PANEN RAYA : Harga Gabah di Jateng Turun 1,76%

BISNIS.COM, SEMARANG -- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat panen raya di sejumlah daerah menyebabkan penurunan harga gabah kering panen (GKP) pada April 2013 yang mencapai 1,76% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.Kepala Bidang Statistik

BISNIS.COM, SEMARANG -- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat panen raya di sejumlah daerah menyebabkan penurunan harga gabah kering panen (GKP) pada April 2013 yang mencapai 1,76% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jateng Jam Jam Zamachsyari di Semarang, Jumat, menyebutkan bahwa rata-rata harga GKP yang langsung berasal dari petani pada Maret 2013 yang mencapai Rp3.723,93 per kilogram, turun menjadi Rp3.658,52 pada April.

"Gabah yang langsung dari petani harganya turun, tetapi untuk rata-rata harga gabah kering giling (GKG) naik 2,48%  karena sudah melewati proses," katanya.

Harga rata-rata GKG pada Maret 2013 sebesar Rp4.075 per kilogram naik menjadi Rp4.176,11 pada April. Khusus untuk harga gabah dengan kualitas terendah naik 3,51%, yakni dari Rp3.084,68 (Maret) menjadi Rp3.192,86 (April).

Jam Jam menyebutkan dari hasil survei harga produsen gabah di Jateng tercatat 155 observasi transaksi penjualan gabah di 19 kabupaten terpilih dan didominasi transaksi penjualan GKP 125 observasi (80,65%), diikuti kelompok gabah kualitas rendah (21 observasi atau 13,55%), dan GKG (9 observasi atau 5,81%).

"Penurunan harga gabah di tingkat petani tersebut menyebabkan nilai tukar petani (NTP) pada April juga mengalami penurunan 0,03%, yaitu dari 104,59 poin menjadi 104,56 poin," katanya.

Ia menjelaskan nilai tukar petani merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga.

Semakin tinggi nilai NTP, katanya, relatif semakin kuat tingkat kemampuan atau daya beli dari petani.

Ia mengatakan pada April 2013, NTP menurun dibandingkan bulan sebelumnya karena adanya perubahan indeks produk pertanian yang diterima petani lebih rendah dibandingkan dengan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani.

"Penurunan NTP tersebut juga disebabkan penurunan subsektor tanaman pangan sebesar 0,40% meskipun subsektor lainnya mengalami kenaikan," katanya.(Antara/dot)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Newswire

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper