BISNIS.COM, JAKARTA—Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Franky Sibarani mengatakan peluang Mari Elka Pangestu untuk terpilih sebagai Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sangat besar.
Menurutnya, dukungan penuh baik secara regional maupun nasional, kapasitas, dan figur Mari memperkuat daya saing Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia itu dalam seleksi calon pengganti Pascal Lamy, Dirjen WTO saat ini.
“Pertarungan abad ini sebetulnya bukan hanya milik Ibu Mari seorang, melainkan juga pertarungan antar negara dan kawasan. Dukungan dari Indonesia dan solidaritas Asean menjadikan Ibu Mari sebagai salah satu saingan terberat,” kata Franky kepada Bisnis pada Senin (22/4/2013).
Mari berhasil lolos ke lima besar kandidat Dirjen WTO, bersama dengan Herminio Blanco dari Meksiko, Roberto Carvalho dari Brazil, Taeho Bark dari Korea Selatan, dan Tim Groser dari Selandia Baru.
Menurut Franky, dukungan kawasan Amerika Latin akan terpecah kepada kandidat dari Brazil dan Meksiko, sedangkan dukungan kawasan untuk kandidat dari Korea Selatan dan Selandia Baru dinilai tidak terlalu kuat.
Kawasan yang tidak menempatkan kandidat dalam lima besar calon Dirjen WTO itu adalah Eropa, Amerika Utara, dan Afrika. Menurut Franky, Eropa dan Amerika Utara akan mendukung Mari.
Kedua kawasan tersebut punya kepentingan dalam upaya pencapaian kesepakatan perdagangan bebas dengan Indonesia. Amerika Serikat (AS) masih menantikan Indonesia bergabung dalam negosiasi Kemitraan Trans Pasifik (TPP).
Adapun Uni Eropa terus membujuk Asean untuk memulai negosiasi Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif, sedangkan Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa tengah dalam proses negosiasi kesepakatan perdagangan bebas dengan Indonesia.
Sementara itu, menurut Franky, hubungan ekonomi dan perdagangan yang terjalin dengan baik dan terus menguat dalam 5 tahun terakhir antara Afrika dan Indonesia juga dapat menguntungkan posisi Mari.
Franky menambahkan dukungan nasional untuk Mari sangat kuat. Pihak swasta bersuara bulat mendukung Marim sedangkan pemerintah berperan besar dalam mempromosikan salah satu menterinya itu di pentas internasional.
“Presiden, Menteri Perdagangan, Menteri Luar Negeri dan para duta besar sangat aktif dalam mempekenalkan Mari di luar negeri. Coba bandingkan dengan kandidat dari Selandia Baru yang bahkan dikritik di dalam negerinya sendiri,” jelas Franky.
Namun, menurut Franky, besarnya dukungan dari negara dan kawasan tidak akan berhasil jika figur dan kapasitas Mari sendiri tidak mumpuni. Adapun fakta bahwa Mari adalah wanita pertama yang lolos ke lima besar calon Dirjen WTO juga dinilai sebagai poin plus.
“Ibu Mari selama ini sudah dikenal di dunia. Dia aktif dalam pertemuan-pertemuan internasional, seperti perundingan Putaran Doha, sehingga negara-negara sudah mengenal kapasitasnya,” kata Franky.