BISNIS.COM, SURABAYA--Harga rotan batangan di Jawa Timur pekan ini mengalami kenaikan menjadi Rp10.000/kg dari Rp8.000/kg dalam bentuk mentah dan Rp27.500 – Rp30.000/kg dari Rp17.000 - Rp27.000/kg sudah dipoles, menyusul menurunnya volume pasokan komoditas tersebut dari Kalimantan dan Sulawesi.
Ketua Asosiasi Mebel Kayu dan Rotan Indonesia (AMKRI) Jawa Timur Nur Cahyudi menduga penurunan volume pasokan tersebut disebabkan berkurangnya aktifitas petani di kawasan penghasil rotan yang beralih terhadap pembudidayaan karet dan kelapa sawit. Kedua komoditas itu lebih menjanjikan keuntungan.
Menurutnya, kondisi tersebut berdampak terhadap harga rotan di Jatim yang cenderung naik akhir-akhir ini. Sebagai contoh, harga rotan mentah jenis sega di Surabaya pekan ini naik menjadi Rp10.000/kg dibandingkan sebelumnya Rp8.000/kg.
Adapun rotan batangan yang sudah dipoles berkisar Rp27.500 – Rp30.000/kg dibandingkan sebelumnya Rp15.000 – Rp27.000/kg.
“Selain harganya naik, volume pasokan bahan baku rotan dari Kalimantan dan Sulawesi cenderung turun. Dampaknya, industri mebel rotan di Jatim –yang butuh bahan baku 20.000 ton/tahun-- tidak tercukupi bahan bakunya,” ujarnya, Kamis (4/4/2013).
Kondisi semacam itu dinilai menimbulkan hilangnya devisa, karena di Jatim terdapat sejumlah produsen mebel rotan berorientasi ekspor ke beberapa negara Asia dan Eropa.
Sentra industri mebel rotan di Jatim terdapat di Kab. Sidoarjo, Kab. Pasuruan, Kab. Mojokerto, Kab. Gresik.
Nur menambahkan Pemprov Jatim perlu mengupayakan peningkatan volume pasokan bahan baku rotan sesuai kebutuhan produsen mebel rotan, melalui pendekatan/kerja sama dengan provinsi penghasil komoditas tersebut di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
“Di kawasan penghasil rotan perlu ada lembaga bisnis, semisal koperasi, yang mengumpulkan komoditas itu dari petani dengan harga wajar, langkah tersebut memerlukan campur tangan pemerintah daerah,” tuturnya.
Menurut Nur, campur tangan pemerintah daerah juga diperlukan untuk meminimalisasi ulah mafia rotan yang terus berupaya agar kran ekspor komoditas tersebut dibuka lagi.
Kementerian Perdagangan sejak tahun lalu menghentikan ekspor bahan baku rotan agar industri pengguna komoditas tersebut di dalam negeri bisa berproduksi maksimal.(k22/yop)