Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI ROTAN: Pengrajin Cirebon Tidak Takut Hadapi Persaingan ASEAN

BISNIS.COM, BANDUNG--Cirebon memperkuat industri rotan dan batik untuk bersaing di pasar lokal maupun ekspor terutama menghadapi persaingan pasar bebas Asean 2015.

BISNIS.COM, BANDUNG--Cirebon memperkuat industri rotan dan batik untuk bersaing di pasar lokal maupun ekspor terutama menghadapi persaingan pasar bebas Asean 2015.

Kabid Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Supardi mengatakan pelaku usaha lokal perlu didorong agar meningkatkan kualitas produk agar semakin berdaya saing terhadap produk impor.

Menurutnya, industri berbasis produk etnik memiliki peluang besar untuk meningkatkan kualitas karena memiliki karakteristik lokal seperti industri berbahan rotan dan batik Cirebon. Sedangkan produk makanan dan minuman persaingannya akan semakin ketat.

“Pelaku usaha lokal perlu didorong agar memproduksi barang/jasa berkualitas dan terjangkau sehingga tidak kalah bersaing dengan produk impor,” katanya kepada Bisnis, Selasa (2/4/2013).

Supardi mengungkapkan produk etnik asli Cirebon seperti industri batik dan kerajinan rotan memiliki beberapa keunggulan a.l kemampuan pembuatan batik dan bahan baku rotan, yang tidak dimiliki negara lain, akan menjadi kunci utama dalam persaingan.

“Slogan cinta produk Indonesia perlu terus disuarakan agar masyarakat Indonesia memiliki idealisme memilih produk lokal, kendati banyak produk impor beredar di pasar,” ujarnya.

Secara terpisah, Asosiasi Pengusaha Indonesia Jawa Barat meminta pemerintah membuat langkah strategis menghadapi pasar bebas Asean 2015.

Ketua Apindo Jabar Deddy Widjaya menilai hingga kini pemerintah belum serius menangani persoalan tersebut.

“Kita masih punya dua tahun untuk mempersiapkan AFTA. Namun, persoalannya pemerintah belum serius mewaspadai hal tersebut [AFTA],” kata Deddy.

Jika pemerintah tidak bergerak cepat melakukan langkah strtategis bersama pihak swasta bisa berimbas rugi pada produk lokal.

“Terutama persoalan produk dan tenaga kerja. Kalau kita kalah bersaing dengan produk impor intansi swasta banyak yang bangkrut sehingga berimbas pada pemutusan hubungan kerja [PHK],” ungkap Deddy.

Menurut dia, sektor industri padat karya serta usaha, kecil, mikro, dan menengah [UMKM] bisa terkena imbas paling awal dari gempuran produk impor yang masuk ke Indonesia.

Deddy beralasan kekalahan persaingan disebabkan kualitas dan harga produk impor lebih baik daripada lokal.

“Pemerintah harus juga mendorong mereka untuk terus melakukan inovasi sehingga produk tetap bertahan di era perdagangan bebas,” ujarnya.

Bahkan, lanjutnya, saat ini banyaknya produk impor yang masuk sudah merugikan produk lokal karena kalah bersaing.

Oleh karena itu, dia meminta pemerintah pada tahun ini segera merumuskan langkah strategi dan kebijakan untuk mengantisipasi ruginya para pengusaha lokal.

“Kalau tahun depan pasti berbenturan dengan pemilu dan pemerintah tidak akan konsentrasi untuk merumuskan strategi,” katanya.(k3/k29/yop)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yoseph Pencawan
Editor : Others
Sumber : Adi Ginanjar/Maman Abdurrahman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper