Jeroen Dijsselbloem, Menteri Keuangan Belanda yang mengetuai para menteri keuangan zona euro, mengatakan program penyelamatan yang menyepakati Siprus kemarin merupakan kerangka baru untuk menyelesaikan masalah perbankan zona euro dan negara-negara lain yang mungkin perlu merestrukturisasi sektor perbankan mereka.
Dia mengatakan rencana penyelamatan Siprus itu bisa menjadi kerangka bagi dana talangan (bailouts) bank zona euro, tetapi memicu kekhawatiran akan keamanan deposito di seluruh wilayah itu.
"Bank pada dasarnya harus bisa menyelematkan dirinya sendiri, atau setidaknya merestrukturisasi atau merekapitilasi dirinya sendiri sejauh mungkin," kata Dijsselbloem kepada Reuters dan Financial Times, Selasa (26/03/2013).
"Ini akan memaksa lembaga keuangan dan juga investor, untuk berpikir mengenai risiko yang mereka ambil karena mereka sekarang menyadari bahwa hal itu dapat merugikannya," sambungnya.
Setelah 12 jam berunding dengan Uni Eropa dan IMF, Siprus setuju menutup bank terbesar keduanya, dengan deposit yang diasuransikan yang di bawah 100.000 euro, pindah ke Bank Siprus, kreditur terbesar di negara itu.
Deposit yang tidak diasuransikan yang akunnya lebih dari 100.000 euro, menghadapi kerugian sebesar 4,2 miliar euro.
Deposan yang tidak diasuransikan di Bank Siprus diminta membekukan akun mereka sementara bank direstrukturisasi dan direkapitalisasi.
Setiap modal yang diperlukan untuk memperkuat bank akan diambil dari rekening yang di atas 100.000 euro.
Peraih Nobel Christopher Pissarides, kepala kebijakan dewan ekonomi Siprus, mengatakan bahwa kesepakatan kemarin adalah bencana dan risiko yang dapat merusak kepercayaan pada bank-bank zona euro.
"Sulit untuk membayangkan jika tidak akan ada efek penularan yang lebih luas dalam berbagai sekenario seperti ini," kata Elwin de Groot, ekonom pasar di Rabobank Belanda di Utrech.
"Kelihatannya pelaku pasar terus menjaga ketenangannya, tetapi sepenuhnya akan menjadi kredibilitas janji ECB untuk melakukan apapun yang diperlukan," tambahnya.