MALANG: Pendapatan perajin tempe di Malang merosot tajam terdampak meroketnya harga kedelai hingga mencapai 45% bila dibandingkan sebelum Maret 2012.
Chamdani, Perajin Tempe dari sentra industi kecil tempe di Jl Sanan, Kel Purwantoro, Kec. Blimbing, Kota Malang, mengatakan dengan adanya kenaikan kedelai tersebut makan keuntungan yang diperoleh turun dari semula bisa mencapai Rp250.000 menjadi hanya Rp150.000 per hari.
“Keuntungan kami peroleh turun karena kami tidak bisa menaikkan harga karena kami takut pelanggan pergi, tidak membeli tempe,” kata Chamdani di Malang, Selasa (24/7).
Dalam situasi seperti itu, maka perajin hanya bisa mengurangi bahan baku produksi. Ukuran tempe juga dikurangi sedikit sehingga kerugian tidak terlalu besar. Harga kedelai di Malang saat ini mencapai Rp7.700 per kg untuk kwalitas pelangi dan Rp7.850 per kg untuk kualitas merah petir.
Harga sebesar itu naik tajam bila dibandingkan harga kedelai sebelum Maret yang mencapai Rp5.400 per kg. Meski keuntungan yang yang diperoleh perajin tempe dan tahu menurun drastis dengan naiknya harga kedelai, kata dia, namun perajin tidak reaktif. Terutama dalam menyikapi isu-isu yang berkembang saat ini.
Pertimbangannya, kenaikan harga kedelai yang tajam sebenarnya tidak hanya terjadi tahun ini saja. Beberapa tahun lalu kejadian serupa juga pernah terjadi dan perajin tetap bisa eksis.
Karena itulah, kata Chamdani yang juga Pejabat Sementara Ketua Primer Koperasi Tahu dan Tempe (Primkopti) Bangkit Usaha Sanan, perajin tahu tempe di sana tidak ikut ramai-ramai mogok produksi komoditas tersebut dengan alasan protes melonjaknya harga kedelai.
Dia mengakui telah mendapat pesan singkat dari pengurus Primkopti Pusat agar turut mogok memproduksi tempe dan keripik tempe terkait dengan terus naiknya harga kedelai yang berdampak memberatkan usaha mereka.
Namun, dia menegaskan, ajakan mogok dan boikot itu tidak ditanggapi serius. Pertimbangannya karena kenaikan harga ini merupakan suatu yang tidak dapat dihindari karena prodoksi kedelai di negara importer memang terganggu. Lagi pula, kejadian seperti tahun ini sebenarnya pernah berlangsung beberapa tahun sebelumnya.
Anggota Primkopti Bangkit Usaha, ujar dia, sebanyak 385 perajin tempe dari total perajin di Kelurahan Purwantoro Sanan sekitar 600 perajin.
Kebutuhan kedelai untuk memasok anggota koperasi sekitar 7 ton per hari, sedangkan total kebutuhan seluruh perajin setempat sekitar 17 ton per hari. Total kebutuhan kedelai di Kota Malang sekitar 20 ton sampai dengan 25 ton per hari.
Bagi perajin kerepek tempe, beban mereka semakin berat karena kenaikan bahan baku tidak hanya kedelai, tapi juga tepung beras, telur, dan minyak goreng.
Harga tepung beras mencapai Rp82.750 per dus isi 20 bungkus. Harga sebesar itu naik sekitar 10% sejak sebulan terakhir. Harga telor ayam ras yang mencapai Rp16.000 per kg naik bila dibandingkan Juni yang hanya Rp14.000 per kg, namun turun bila dibandingkan beberapa waktu lalu yang sempat menembus Rp18 .000 per kg.
Sedangkan harga minyak goreng curah Rp11.000 per kg dari harga sebelumnya Rp9.500, dan minyak goreng Bimoli kemasan Rp13.000 per liter.
“Cara yang kami tempu menyiasati kondisi tersebut dengan efisiensi. Contohnya penggunaan bungkus plastik. kami menggunakan plastik yang tipis sehingga harganya lebih murah,” kata Dheny Susanty, salah satu perajin keripik tempe di sana.(mmh)