Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

JAKARTA: Pemerintah Amerika Serikat mulai bersikap halus terhadap pemerintah China terkait kebijakan yuan meski nilai tukar mata uang itu terhadap dolar AS masih terlalu lemah (undervalued).

Dalam laporan semitahunan bertajuk Kebijakan Nilai Tukar dan Ekonomi Internasional yang dikirimkan ke Kongres pada akhir pekan lalu, Departemen Keuangan (Depkeu) AS tidak berani mengidentifikasikan China sebagai manipulator mata uang.Depkeu mendasarkan pandangannya pada langkah bank sentral China (Peoples Bank of China/PBOC) yang mulai membuat fleksibel yuan sejak Juni 2010, pergerakan apresiasi yuan terhadap dolar AS beberapa bulan terakhir, dan komitmen Presiden China Hu Jintao yang diutarakan saat berkunjung ke AS pada Januari bahwa China akan mengintensifkan upaya memperbesar fleksibilitas nilai yuan."Kami menyimpulkan bahwa standar hukum [untuk mengkategorikan suatu negara sebagai manipulator] tidak berkaitan dengan China. Namun memang, apresiasi yuan sejauh ini belum memuaskan dan kami akan terus memonitor laju penguatannya," tulis laporan itu yang dicantumkan di situs resmi Depkeu AS.Berdasarkan UU tentang Perdagangan dan Daya Saing tahun 1988, Depkeu AS diwajibkan menyusun dan mengirim laporan dua kali dalam setahun kepada Kongres mengenai kebijakan nilai tukar di dunia.Otoritas fiskal negeri Paman Sam juga diwajibkan berbicara langsung dengan mitra dagang yang memanipulasi mata uang dan meminta ganti rugi melalui Dana Moneter Internasional (IMF). Negara yang terakhir dicap manipulator mata uang adalah China pada 1994.Sejak Juni 2010 hingga 27 Januari 2011, Depkeu AS mencatat yuan telah menguat sebanyak 3,7% versus dolar AS (year-on-year) atau sekitar 6% dalam nilai nominal. Yuan telah terapresiasi lebih cepat setelah mempertimbangkan laju inflasi Negeri Panda yang lebih cepat dari inflasi AS. (hwi)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Mursito

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper