Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UE Tegaskan Komitmen Pertahankan Ekonomi Global Tetap Terbuka

Uni Eropa akan memanggil pemimpin keuangan dari setiap negara anggota 20 (G-20) pada bulan ini untuk membahas upaya menjaga perekonomian global terbuka.
Bendera Uni Eropa/Reuters
Bendera Uni Eropa/Reuters

Kabar24.com, JAKARTA — Uni Eropa akan memanggil pemimpin keuangan dari setiap negara anggota 20 (G-20) pada bulan ini untuk membahas upaya menjaga perekonomian global terbuka.

Pertemuan ini merupakan respons dari pengumuman Amerika Serikat yang akan menaikkan tarif impor baja dan aluminium pada akhir pekan lalu.

Seperti diketahui, tarif kali ini berbeda dengan tarif-tarif sebelumnya yang dikenakan Paman Sam. Sebelumnya, tarif hanya dikenakan untuk produk dumping atau barang bersubsidi tidak adil dari negara-negara yang spesifik. Akan tetapi, kini tarif sebesar 25% untuk impor baja dan 10% untuk impor aluminium itu akan diberlakukan untuk semua negara.

“Kami menegaskan kembali komitmen untuk mempertahankan perekonomian global tetap terbuka sesuai aturannya dan kerja sama ekonomi global tetap berjalan dengan baik,” tulis dokumen tata cara penyusunan (TOR) yang disiapkan untuk disetujui oleh menteri-menteri keuangan Uni Eropa untuk pertemuan G-20, seperti dilansir dari Reuters, Rabu (7/3/2018).

Menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara anggota G-20 dijadwalkan akan melakukan pertemuan pada 17-20 Maret 2018 di Buenos Aires, Argentina. Agenda pertemuan tersebut salah satunya membahas status perekonomian global, termasuk risiko pertumbuhan ekonomi global.

Adapun, para pejabat negara di seluruh dunia telah diperingatkan WTO, bahwa rencana penaikan tarif impor baja dan alumunium dari AS dapat memicu negara lain untuk ikut-ikutan dalam aksi pembalasan.

Sebenarnya, tarif impor Trump tampak bertolak belakang dengan pernyataan Trump pada konferensi G-20 tahun lalu di Jerman. Saat itu dia mengatakan, “pasar global harus tetap terbuka dengan memperhatikan pentingnya resiprokal dan keuntungan bersama dalam kerangka perdagangan dan investasi  serta prinsip nondiskriminatif.”

Akan tetapi, pernyataan final saat itu dari para pemimpin G-20 menyebutkan bahwa sementara AS melanjutkan aksi proteksionisme terhadap praktik perdagangan yang tidak adil, mereka harus menyadari bahwa ada instrumen pertahanan perdagangan yang resmi untuk hal ini.

Di sisi lain, China merupakan target dalam pengenaan tarif impor tersebut karena Negeri Panda merupakan produsen dari setengah produksi baja di dunia. Selain itu, China juga yang paling dituduh oleh Trump karena membanjiri pasar global dengan ekspor baja yang murah.

Angel Gurria, kepala Organisasi Kerjasama dan Perkembangan Ekonomi (OECD), pada Selasa (6/3), mengatakan bahwa kelebihan kapasitas baja merupakan isu yang harus diselesaikan di forum global untuk menghindari perselisihan perdagangan.

Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde juga telah mengatakan pada pekan lalu bahwa China harus mengurangi kapasitas industri baja dan batu bara secepatnya dan seefisien mungkin.

Sekadar informasi, dalam review IMF pada Agustus 2017, disebutkan bahwa tingginya kapasitas baja dalam industri China dan sektor lainnya tidak hanya meningkatkan tensi dengan mitra dagang. Akan tetapi juga berisiko merusak prospek pertumbuhan China dalam jangka menengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper