Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Perlu Takut Hadapi Soal Esai di USBN, ini Alasannya

Bagi sebagian siswa menjawab pilihan ganda sepertinya adalah hal yang menyenangkan ketimbang soal esai. Setidaknya mereka cuma memilih jawaban yang tersedia.
Siswa mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMAN 2 Surabaya, Jawa Timur, Senin (10/4)./Antara-Zabur Karuru
Siswa mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMAN 2 Surabaya, Jawa Timur, Senin (10/4)./Antara-Zabur Karuru

Bisnis.com, JAKARTA – Bagi sebagian siswa menjawab pilihan ganda sepertinya adalah hal yang menyenangkan ketimbang soal esai. Setidaknya mereka cuma memilih jawaban yang tersedia. Sebaliknya bila menjawab soal esai, mereka harus menggugah daya nalarnya. Kemampuan inilah yang akan diujikan dalam Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) 2018.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) belum lama ini mengumumkan skema terbaru USBN untuk jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK. Bila pada tahun sebelumnya di jenjang SD ada jenis ujian sekolah/madrasah (US/M) dan Ujian Sekolah, tahun sekarang US/M berubah menjadi USBN. Sementara ujian sekolah tetap ada. Tiga mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam akan diujikan dalam ujian tersebut.

Untuk jenjang SMP dan SMA/SMK, bila tahun lalu ada dua jenis ujian yaitu Ujian Sekolah dan USBN kini hanya USBN. Berbeda dengan SD, pada jenjang SMP dan SMA/SMK seluruh mata pelajaran akan diujikan.

Dengan kata lain, siswa akhir di jenjang SMP dan SMA/SMK sederajat tetap menjalani ujian nasional yang dihelat oleh Pemerintah Pusat. Di samping itu mereka juga akan mengikuti USBN yang diselenggarakan oleh sekolah sebelum atau sesudah UN. Pada jenjang SD, siswa mengikuti USBN dan ujian sekolah.

Sedangkan naskah ujiannya sebanyak 25% dibuat oleh Pusat dan 75% dibuat oleh guru pada satuan pendidikan dengan dikoordinasikan kepada Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Guru yang tergabung dalam MGMP ini mesti membuat soal berbentuk pilihan ganda dengan mengacu pada kisi-kisi yang ditetapikan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Perubahan lainnya terletak pada komposisi soal karena saat ini USBN tidak sepenuhnya pilihan ganda seperti tahun-tahun sebelumnya melainkan dikombinasikan soal esai. Porsinya sekitar 90% soal berjenis pilihan ganda dan 10% berbentuk esai.

Kendati porsinya kecil, soal esai ternyata memunculkan kegalauan di kalangan para siswa. Sebab mereka sejauh ini terbiasa dengan menjawab pilihan ganda. Tiba-tiba langsung dihadapkan pada soal-soal uraian.

“Kenapa takut [galau menghadapi soal esai]?,” ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Totok Suprayitno, Selasa (20/2/2018).

Dia menjelaskan kehadiran soal esai mendorong siswa agar mampu berargumentasi, memberikan alasan, dan penjelasan suatu masalah. Di mana hal itu tidak dijumpai dalam pilihan ganda. Malah, di pilihan ganda peluang siswa berspekulasi cenderung besar karena mereka dengan mudah memilih jawaban yang sudah tersedia.

“Sifat pendidikan itu harus mampu menciptakan siswa yang dapat memberikan alasan logis. Melalui esai siswa bukan sekadar memilih jawaban tetapi mereka dipacu untuk berpikir,” ujarnya.

Totok menuturkan sejatinya soal esai bukanlah sesuatu yang menakutkan. Sebab dalam kehidupan sehari-hari pun seseorang biasa memberikan penjelasan atau argumen. Sama halnya dengan menjawab soal esai. Oleh sebab itu sejak dini siswa-siswi didorong untuk terbiasa mempraktikkan hal tersebut. Bukan lagi cuma menghafal pelajara.

Di sekolah pun soal esai seharusnya sudah dipraktikkan oleh para guru dalam ujian mingguan atau bulanan. Hanya, barunya USBN pada tahun ini memadukan soal pilihan ganda dengan esai. Dengan begitu, soal esai bukan sesuatu yang baru.

“Mungkin sekarang kesannya [sulit] karena selama ini terbiasa dengan pilihan ganda. Soal esai sebuah praktik yang normal dalam ujian,” tuturnya.

Mengenai standarisasi penilaian, Totok meminta orang tua murid tidak perlu khawatir. Alasannya, tiap-tiap guru diwajibkan untuk membuat panduan penilaian esai berupa rubrik. Sifatnya seperti kunci jawaban. Melalui instrumen penilaian itu guru memiliki patokan dalam menilai soal esai sehingga terhindar dari subjektivitas.

Agar diketahui rubrik adalah panduan bagi guru untuk melakukan penilaian. Biasanya berbentuk tabel yang berisi skor dan kriteria penilaian yang sudah disusun oleh guru. Sehingga ketika menilai esai, seorang guru mengacu pada panduan tersebut.

“Jadi panduan itu bisa meminimalisir unsur subjektivitas dalam menilai esai,” katanya.

Totok pun berpesan kepada orang tua murid agar membesarkan hati anak-anaknya dalam menghadapi USBN yang mengandung esai ini. Sebab tujuannya adalah untuk memberikan bekal kepada anak di masa depan. Bekal berupa kemampuan argumentasi, menjelaskan ide pikiran, dan mengekspresikan gagasan. Hal ini sesuai dengan kebutuhan zaman yang menuntut orang-orang berdaya kreatif.

“Sekolah itu melatih kehidupan. Jadi dalam kehidupan itu bukan hanya memilih di antara beberapa hal. Tetapi juga kemampuan menjelaskan dan berbargumentasi. Itulah yang harus dimiliki oleh anak-anak,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dika Irawan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper