Kabar24.com, BRASILIA - Presiden Brasil Michel Temer dibawa ke rumah sakit pada Rabu karena mengalami gangguan saluran kemih, menurut kantor kepresidenan.
Keadaan Temer itu sempat memicu aksi jual di pasang uang pada hari Kongres melakukan pemungutan suara untuk memutuskan apakah Temer akan menghadapi persidangan kasus korupsi.
Dokter Temer merekomendasikan agar Presiden dibawa ke Rumah Sakit Angkatan Darat di Brasilia untuk menjalani pemeriksaan dan perawatan setelah dia mengeluhkan rasa sakit, kata kantor kepresidenan dalam pernyataan.
Kabar soal Presiden Temer dibawa ke rumah sakit muncul ketika DPR sedang bersidang untuk melakukan pemungutan suara. Langkah itu dilakukan Kongres untuk menentukan apakah Temer harus menjalani persidangan Mahkamah Agung terkait tuduhan bahwa ia terlibat dalam organisasi kejahatan dan mengganggu peradilan. Temer kemungkinan memenangi dukungan baginya dalam pemungutan suara.
Temer (77 tahun) baru-baru ini didiagnosis mengalami penyumbatan sebagian pembuluh koroner. Karena itu, ia setiap hari harus minum aspirin dan menjalani program diet rendah lemak.
Indeks bursa efek Bradil, Bovespa, menyentuh titik rendah terkait kabar bahwa Temer dibawa ke rumah sakit. Saham kemudian mengalami kerugan sementara mata uang bergerak datar setelah kantor kepresidenan mengeluarkan keterangan rinci soal kondisi Temer.
Baca Juga
Aguinaldo Ribeiro, kepala penegak pemerintah di Kongres tingkat rendah mengatakan kepada para wartawan bahwa Temer akan segera kembali ke kantornya setelah melakukan "pemeriksaan rutin."
Sejumlah pembantu presiden mengatakan Temer telah mengalami rasa sakit dan keadaannya itu memburuk pada Rabu. Dokter Temer, Roberto Kalil, mengatakan kepada sang presiden untuk pergi ke rumah sakit. Temer pergi ke rumah sakit berjalan kaki, ujar mereka.
Masalah kesehatan Temer memicu beberapa anggota untuk menunda pemungutan suara di Kongres soal tuduhan korupsi. DPR sebelumnya sudah pernah menunda sesi tersebut karena jumlah anggota tidak memenuhi kuorum.
Jaksa utama Brasil mengenakan tuduhan terhadap Temer berdasarkan pengakuan dari seorang pemilik perusahaan penjual daging terbesar di dunia, JBS SA, yang melibatkan banyak menteri kabinet pimpinan Temer, demikian Reuters melaporkan.