Bisnis.com, JAKARTA — Tingginya risiko kegagalan dalam upaya merger dan akuisisi diharapkan menjadi perhatian korporasi, guna memastikan langkah dalam mengembangkan dan membesarkan kinerja menciptakan hasil positif.
Gagalnya sebuah upaya merger dan akuisisi beragam, mulai dari kekeliruan menetapkan target akuisisi, salah valuasi, kekalahan negosiasi hingga kegagalan mengintegrasikan bisnis yang diakuisisi.
Dalam Semiloka bertajuk Menciptakan Nilai Melalui Merger dan Akuisisi yang digelar PPM Manajemen, Penulis Buku M&A Playbook Jeami Gumilarsjah mengatakan penyebab kegagalan akibat banyak organisasi di perusahaan tidak mempunyai pengalaman yang memadai dalam transaksi M&A.
“Kadang juga banyak yang hanya fokus pada keberhasilan transaksi. Tidak melihat dampak peningkatan kinerjanya,” tuturnya, Rabu (10/5/17).
Upaya M&A masuk dalam strategi pengembangan usaha anorganik, yaitu dengan cara menggabungkan dan/atau membeli perusahaan lain. Sementara itu, pertumbuhan organik, merujuk pada pemanfaatan sumber daya internal, yang dirasa memiliki keterbatasan.
Jeami menambahkan sebagai negara dengan ekonomi yang terus berkembang, informasi mengenai M&A di Tanah Air masih terlambat dibandingkan dengan negara-negara lain.
“Contohnya saja bicara start up, mereka fokus dalam pengembangan produk, dan memang produknya berkualitas. Akan tetapi, jika bicara mengenai perencanaan keuangan, aspek pengembangan, di situ yang terbatas,” katanya.
Menurutnya, pertumbuhan usaha anorganik juga memiliki tantangan, seperti kekuatan modal. Hanya saja, pilihan ini perlu dikaji dan didalami, mengingat perubahan lingkunan bisnis yang cepat memaksa perusahaan mencoba strategi baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel