Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kelola Tambang Uranium Pertama, Botswana Pakai Kotoran Gajah sebagai Sampel

Petugas dari IAEA tengah melakukan pemeriksaan instalasi pembangkit nuklir./www.world-nuclear-news.org/ilustrasi
Petugas dari IAEA tengah melakukan pemeriksaan instalasi pembangkit nuklir./www.world-nuclear-news.org/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Botswana, sebuah negara di Afrika bagian selatan, kini tengah bersiap memperoleh lisensi pengelolaan tambang uranium pertamanya. Namun, untuk itu perlu adanya penentuan tingkat dasar radiasi.

Dalam penentuan tingkat dasar radiasi, diperlukan sample untuk melihat jumlah radiasi alami yang dihasilkan. Uniknya, dua sampel yang dipilih adalah kotoran gajah dan tailing tambang emas di Botswana.

Richard Shamukuni, Chief Radiation Protection Officer di Inspektorat Perlindungan Radiasi Botswana mengatakan pihaknya harus mampu memantau kemungkinan pelepasan radiasi ke lingkungan sebagai akibat dari pertambangan uranium. Namun, lanjutnya, untuk bisa melakukan upaya itu, pihaknya harus menetapkan terlebih dahulu berapa banyak radiasi alami yang ada.

“Orang terkena radiasi alam dari matahari, sinar kosmik dan juga radiasi alami bahan radioaktif yang ditemukan di kerak bumi. Hal ini penting untuk mengatur industri yang bekerja dengan bahan yang memancarkan radiasi alami, untuk melindungi masyarakat terhadap dampaknya,” katanya seperti dikutip dari halaman International Atomic Energy Agency atau IAEA, Kamis (7/7/2016).

Dia menjelaskan, gajah memakan ratusan spesies tanaman yang berbeda dan radiasi hadir dalam setiap tanaman ini akan muncul dalam kotoran gajah.

Menurutnya, penggunaan sampel kotoran gajah tersebut akan menyelamatkan pihaknya untuk menganalisis berbagai jenis tumbuhan satu persatu.

Sementara itu, pemilihan sample pada tambang tailing tambang emas disebabkan biasanya ada kandungan uranium yang kecil dalam bijih emas sehingga analisis terhadap radiasi di tailing tambang emas juga diperlukan.

Hingga 2014, Botswana tidak memiliki peralatan atau tahu bagaimana melaksanakan pengukuran radioaktivitas lingkungan. Namun, dengan bantuan IAEA, Inspektorat Perlindungan Radiasi mendirikan sebuah laboratorium lingkungan yang dilengkapi dengan spektrometri sistem gamma dan alpha. Selain itu, juga ada peralatan lainnya dan bahan yang dibutuhkan untuk pemantauan radioaktivitas.

Sebagian besar sumber radioaktif menghasilkan sinar gamma dan partikel alpha dari berbagai energi dan intensitas. Sistem spektrometri ini dapat digunakan untuk mendeteksi dan mengukur emisi tersebut.

Selain itu, IAEA melalui Program Bantuan Teknisnya, baru-baru ini mendanai perkumpulan ahli kimia nuklir dan radioekologis dari Botswana.

Mereka belajar bagaimana mengoperasikan peralatan dan mengelola eksperimen dengan bekerja bersama para ilmuwan berpengalaman di Portugal dan Afrika Selatan.

Laboratorium tersebut saat ini menganalisa sekitar lima sampel per minggu. Sebagian besar telah menunjukkan tingkat radioaktivitas yang sejalan dengan tingkat latar belakang normal yang tidak membahayakan orang atau lingkungan.

Beberapa sampel dari Central District di negara itu, dekat tempat pertambangan uranium direncanakan, telah menunjukkan tingkat sedikit lebih tinggi dari level normal. Untuk saat ini, penyebabnya tidak diketahui. "Studi lebih lanjut diperlukan sebelum penambangan uranium dapat dimulai," kata Shamukuni.

Pemerintah Botswana baru-baru ini menyetujui penilaian dampak lingkungan dari tambang uranium yang direncanakan di dekat desa Serule, sekitar 350 kilometer utara ibukota Gaborone.

"Botswana tengah membangun pusat unggulan di wilayah untuk pengukuran radioaktivitas lingkungan. Hal ini sangat penting bagi sebuah negara yang berencana untuk memulai penambangan uranium dalam beberapa tahun," kata Martina Rozmaric, seorang radiochemist di IAEA yang terlibat dengan proyek Botswana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper