Bisnis.com, JAKARTA--Kendati memiliki keterkaitan erat dengan perlambatan ekonomi China, produsen produk fesyen mewah Hermes tetap mencatat kenaikan pendapatan operasional sebesar 20% menjadi 748 juta Euro sepanjang semester I/2015.
Menurut Citi Bank, Hermes merupakan satu dari 48 perusahaan yang memiliki eksposur besar terhadap perekonomian China. Pasalnya, 20%-25% pendapatan Hermes diperkirakan berasal dari Negeri Tirai Bambu.
Di sisi lain, pendapatan Hermes didorong oleh peningkatan penjualan di Jepang sebesar 20% dan Eropa 7%. Kendati memang terjadi penurunan di Hong Kong dan Macau.
Hermès mencatatkan pertumbuhan sebesar 14% pada penjualan barang-barang kulit. Namun, penjualan jam tangan turun 1%.
Kelompok ini baru-baru ini meluncurkan model terbaru "Slim d'Hermès" yang mendapat sambutan hangat dalam Basel Trade Fair.
Saham perusahaan yang tercatat di bursa Perancis ini mengalami penurunan 1,5% ke level 317 Euro pada Jumat (28/8/2015). Penurunan terjadi seiring proyeksi penurunan marjin operasi lantaran fluktuasi kurs.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel