Bisnis.com, JAKARTA - Mohammad Natsir ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada 2008. Dia merupakan tokoh Islam yang memiliki nasionalisme, mampu beorasi dan berdiplomasi.
Mohammad Natsir membawa suara Indonesia ke forum internasional. Dia juga dikenal sebagai tokoh utama di balik Mosi Integral yang menyatukan Indonesia pasca kemerdekaan.
Biografi Mohammad Natsir
Mohammad Natsir adalah tokoh nasional yang dikenal luas sebagai pejuang kemerdekaan, negarawan, dan pemikir Islam modern. Dia juga memiliki peran penting dalam perjuangan ideologis dan politik di era awal kemerdekaan Indonesia. Perannya dalam memperjuangkan kesatuan Indonesia melalui Mosi Integral pada 1950 menjadi tonggak penting sejarah bangsa.
Natsir terkenal sebagai pendiri Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dan tokoh Muslim Indonesia yang aktif di berbagai forum internasional. Ketokohannya melampaui batas-batas politik, menjadikannya sebagai inspirasi lintas generasi.
Profil Singkat Mohammad Natsir
Nama lengkapnya adalah Mohammad Natsir. Dia lahir di Alahan Panjang, Sumatera Barat, pada 17 Juli 1908. Dia berasal dari keluarga Minangkabau yang memegang teguh tradisi dan agama. Ayahnya, Mohammad Idris Sutan Saripado, adalah seorang pegawai pemerintahan dan tokoh masyarakat.
Natsir tumbuh dalam lingkungan yang menekankan pentingnya pendidikan dan moralitas. Ia menempuh pendidikan dasar di HIS (Hollandsch-Inlandsche School) dan kemudian melanjutkan ke MULO dan AMS di Bandung. Kepedulian keluarga terhadap pendidikan turut mendorongnya menjadi pelajar yang haus ilmu.
Masa Muda dan Pendidikan
Sejak muda, Natsir dikenal sebagai pelajar yang cerdas dan religius. Dia banyak membaca karya-karya tokoh Islam klasik maupun modern. Minatnya dalam filsafat, sastra, dan politik mulai tumbuh saat belajar di Bandung. Dia juga aktif menulis artikel yang bernuansa kritik sosial dan keagamaan.
Saat muda, Natsir sempat berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan ke Belanda, tetapi dia justru lebih banyak belajar langsung dari tokoh-tokoh Islam progresif di Indonesia. Di sinilah Natsir berkenalan dengan ide-ide pembaruan Islam, salah satunya melalui perkenalannya dengan Tjokroaminoto dan pengaruh dari pemikiran Muhammad Abduh serta Rashid Rida.
Kiprah di Dunia Politik dan Perjuangan
Natsir mulai dikenal sebagai aktivis dan cendekiawan Islam ketika bergabung dengan organisasi Islam Persatuan Islam (PERSIS). Dari situ, dia banyak berinteraksi dengan tokoh-tokoh besar dan ikut membangun jaringan pemikiran yang luas. Karier politiknya mulai menanjak saat dia bergabung dengan Partai Masyumi, partai besar berbasis Islam pada masa awal kemerdekaan.
Dia tidak hanya berorasi, tetapi juga menulis secara produktif. Tulisannya tajam, bernas, dan mengandung gagasan tentang modernitas dalam Islam, yang berpadu harmonis dengan nilai-nilai kebangsaan. Pandangan-pandangan ini membuatnya menjadi tokoh penting dalam perumusan arah kebijakan negara.
Peran dalam Kemerdekaan Indonesia
Selama masa penjajahan Belanda dan Jepang, Natsir aktif dalam berbagai kegiatan intelektual dan sosial. Ia memperjuangkan pendidikan Islam dan hak-hak masyarakat Muslim. Setelah Indonesia merdeka, ia menjadi anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) dan terlibat dalam berbagai diskusi penting mengenai dasar negara.
Sebagai diplomat ulung, Natsir sering menjadi utusan dalam perundingan internasional yang memperjuangkan pengakuan kedaulatan Indonesia. Ia dikenal tenang, argumentatif, dan penuh integritas dalam membela kepentingan bangsa.
Perjuangan dalam Mosi Integral Natsir
Salah satu kontribusi paling monumental dari Mohammad Natsir adalah "Mosi Integral" yang ia ajukan pada 3 April 1950 di parlemen. Mosi ini bertujuan untuk menyatukan kembali negara-negara bagian dalam Republik Indonesia Serikat (RIS) menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam pidatonya, Natsir menegaskan bahwa perjuangan kemerdekaan tidak seharusnya berakhir dengan pemecahan wilayah, tetapi dengan kesatuan nasional yang kokoh. Mosi ini diterima dan menjadi dasar pembentukan kembali NKRI. Peristiwa ini dikenal sebagai tonggak penting dalam sejarah nasional.
Jabatan sebagai Perdana Menteri RI
Mohammad Natsir menjabat sebagai Perdana Menteri Republik Indonesia dari September 1950 hingga April 1951. Meskipun masa jabatannya relatif singkat, dia menghadapi banyak tantangan, termasuk ketegangan politik dan perbedaan ideologi di antara partai-partai.
Salah satu kebijakan utamanya adalah penguatan posisi Indonesia dalam forum internasional dan penekanan pada pentingnya moralitas dalam pemerintahan. Dia mendorong pembangunan di bidang pendidikan dan integritas nasional, meskipun berbagai dinamika politik membuat kabinetnya tidak bertahan lama.
Peran dalam Dunia Islam dan Pendidikan
Setelah tidak lagi menjabat sebagai perdana menteri, Natsir mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) pada 1967. DDII menjadi wadah penting dalam menyebarkan dakwah Islam yang rasional dan modern. Namanya, dikenal sebagai penghubung antara ulama Indonesia dan pemikir Islam dunia.
Natsir juga pernah menjadi anggota Rabithah Alam Islami dan Majelis Tertinggi Kongres Islam Dunia. Gagasan modernisasi Islam yang dia usung bersifat inklusif, menjembatani tradisi dan tuntutan zaman.
Hubungan dengan Tokoh Nasional Lainnya
Mohammad Natsir memiliki hubungan yang erat, meskipun sering berbeda pandangan, dengan tokoh-tokoh nasional besar seperti Bung Hatta, Soekarno, dan Buya Hamka. Dengan Soekarno, dia berbeda pendapat soal Pancasila dan ideologi negara, namun tetap menjalin hubungan saling hormat.
Dengan Bung Hatta, dia berbagi visi tentang pentingnya moralitas dalam politik. Sementara dengan Buya Hamka, hubungan keduanya sangat dekat secara ideologis dan spiritual. Ketiganya mewakili wajah Islam yang intelektual dan moderat dalam sejarah Indonesia.
Warisan Pemikiran Mohammad Natsir
Pemikiran Natsir menjadi warisan berharga bagi umat Islam dan bangsa Indonesia. Ia percaya bahwa agama dan negara dapat berjalan beriringan tanpa saling meniadakan. Demokrasi bagi Natsir bukan hanya sistem, tetapi juga semangat musyawarah yang sejalan dengan Islam.
Dalam salah satu kutipannya, ia menyatakan, "Islam bukan hanya untuk masjid, tetapi untuk seluruh kehidupan." Pandangannya ini menjadi inspirasi bagi banyak tokoh muda dan penggerak gerakan Islam modern di Indonesia dan Asia Tenggara.
Penghargaan dan Pengakuan Negara
Mohammad Natsir dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2008. Pengakuan ini datang setelah berbagai kalangan akademik dan tokoh masyarakat mendesak agar jasa-jasanya diakui secara resmi.
Selain itu, ia menerima berbagai penghargaan dari organisasi internasional dan universitas luar negeri atas kontribusinya dalam pemikiran Islam dan perdamaian dunia. Namanya kini diabadikan di berbagai lembaga dan jalan utama di Indonesia.
Wafat dan Peninggalan Mohammad Natsir
Mohammad Natsir wafat pada 6 Februari 1993 di Jakartadan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dengan upacara kenegaraan. Warisan terbesar Natsir bukan hanya lembaga seperti DDII, tetapi juga pemikirannya yang mendalam, toleran, dan tetap relevan hingga kini. Tulisan-tulisannya masih menjadi rujukan dalam kajian politik Islam dan hubungan agama-negara.
Fakta Menarik tentang Mohammad Natsir
- Natsir menguasai lebih dari lima bahasa asing, termasuk Belanda, Arab, Prancis, dan Inggris.
- Natsir menulis lebih dari 45 buku dan ratusan artikel yang tersebar di berbagai media dalam dan luar negeri.
- Dia selalu menolak ideologi komunisme secara tegas, namun tetap mengedepankan dialog dan pendekatan intelektual dalam menghadapi perbedaan.
Mohammad Natsir adalah salah satu tokoh nasional terbesar dalam sejarah Indonesia. Ia bukan hanya pahlawan kemerdekaan, tetapi juga pemikir yang menjembatani antara Islam dan kebangsaan. Mosi Integral yang ia ajukan menjadi fondasi penting bagi keutuhan NKRI.
Pemikirannya tentang demokrasi, keadilan sosial, dan hubungan agama dan negara terus relevan hingga hari ini. Ia adalah sosok yang berhasil mengintegrasikan iman, ilmu, dan pengabdian dalam satu kesatuan perjuangan.
FAQ
- Siapakah Mohammad Natsir? Seorang pahlawan nasional, negarawan, dan pemikir Islam modern yang berperan besar dalam kemerdekaan dan persatuan Indonesia.
- Apa isi Mosi Integral Natsir? Sebuah usulan untuk menyatukan negara-negara bagian dalam RIS menjadi NKRI, yang disampaikan di parlemen pada 3 April 1950.
- Apa peran Mohammad Natsir dalam dunia Islam? Sebagai pendiri DDII dan tokoh Islam internasional, ia memperjuangkan dakwah yang rasional dan inklusif.
- Apa gelar yang diberikan kepada Mohammad Natsir? Gelar Pahlawan Nasional Indonesia, yang diberikan secara resmi pada 2008.
- Apa warisan pemikiran penting Mohammad Natsir? Pandangan tentang harmonisasi antara agama dan negara, demokrasi Islam, serta pentingnya pendidikan dan dakwah dalam membangun bangsa.
Disclaimer: Artikel ini dihasilkan dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) dan telah melalui proses penyuntingan oleh tim redaksi Bisnis.com untuk memastikan akurasi dan keterbacaan informasi.