Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah China mengecam keras serangan Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir Iran dan menyatakan kesiapan untuk berpartisipasi dalam upaya internasional memulihkan perdamaian di Timur Tengah.
Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataan resmi singkatnya menyebut, serangan AS sebagai pelanggaran serius terhadap Piagam PBB dan hukum internasional, serta memperburuk ketegangan di kawasan.
“Tindakan AS secara serius melanggar tujuan dan prinsip Piagam PBB serta hukum internasional, dan memperburuk ketegangan di Timur Tengah. China menyerukan semua pihak yang terlibat dalam konflik, khususnya Israel, untuk segera melakukan gencatan senjata," tulis pernyataan tersebut dikutip dari Bloomberg, Senin (23/6/2025).
Sementara itu, media pemerintah China, Global Times, turut mengkritik serangan tersebut dan menyebut penggunaan bom penembus bunker oleh AS dapat mendorong konflik Iran-Israel menuju situasi yang tak terkendali.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa serangan udara AS telah menghantam tiga situs nuklir utama Iran, serta mengancam akan melakukan serangan lanjutan jika Teheran tidak menghentikan perlawanan. Langkah ini menandai keterlibatan langsung AS dalam konflik antara Iran dan Israel, meskipun Trump sebelumnya berulang kali menyatakan ingin menghindari perang baru.
Meski memberikan dukungan retoris, China hingga kini belum menawarkan bantuan nyata kepada Teheran. Presiden Xi Jinping pekan lalu menyampaikan usulan empat poin terkait perang Iran-Israel dalam pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Baca Juga
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio meminta China untuk menggunakan pengaruhnya dan mengimbau Iran agar tidak menutup Selat Hormuz—jalur strategis yang dilalui sekitar 20% pasokan minyak global.
“Saya mendorong pemerintah China di Beijing untuk menghubungi para pemimpin Iran soal ini, karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk pasokan minyaknya,” ujar Rubio dalam wawancara dengan Fox News.
China merupakan negara paling bergantung pada minyak yang melewati selat tersebut, dengan sepertiga pasokan minyak mentahnya melalui jalur itu. Potensi penutupan Selat Hormuz sebagai bentuk balasan Iran atas serangan AS telah menjadi perhatian global.
Parlemen Iran bahkan telah menyerukan penutupan jalur tersebut, meski keputusan akhir berada di tangan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Iran sendiri telah menegaskan tidak akan mundur. Menteri Luar Negeri Abbas Araqchi menyatakan bahwa negaranya menyimpan semua opsi untuk membela kedaulatan, kepentingan, dan rakyatnya, seraya memperingatkan bahwa langkah AS akan menimbulkan konsekuensi yang abadi.
Kendati China membeli sekitar 90% ekspor minyak Iran—melawan sanksi AS—Beijing tetap menahan diri untuk terlibat langsung karena risiko sanksi sekunder dan posisi resminya yang menentang proliferasi nuklir.
Namun, sejumlah analis menilai konflik ini justru bisa memberikan keuntungan strategis bagi China.
“Jika keterlibatan AS di Timur Tengah berlangsung lama, hal itu dapat mengalihkan fokus Washington dari kawasan sekitar China, baik secara militer maupun diplomatik,” ujar William Yang, analis senior Asia Timur Laut di International Crisis Group.