Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Korea Utara Tembakkan Rudal Balistik, Korsel dan Jepang Meradang

Rudal-rudal balistik lepas landas dari Pyongyang, Korea Utara sekitar pukul 07:10 waktu setempat dan menempuh jarak sekitar 360 kilometer sebelum jatuh ke laut.
Kompetisi tembakan artileri antara unit artileri di bawah Korps 7 Tentara Rakyat Korea dan Korps 9 berlangsung di tempat latihan di Korea Utara, 12 Maret 2020 dalam gambar yang disediakan oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) Korea Utara. / KCNA melalui Reuters
Kompetisi tembakan artileri antara unit artileri di bawah Korps 7 Tentara Rakyat Korea dan Korps 9 berlangsung di tempat latihan di Korea Utara, 12 Maret 2020 dalam gambar yang disediakan oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) Korea Utara. / KCNA melalui Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Militer Korea Selatan menyebut Korea Utara menembakkan beberapa rudal balistik jarak pendek di lepas pantai timurnya pada Kamis (12/9/2024) waktu setempat. Ini merupakan peluncuran pertama dalam lebih dari dua bulan.

Mengutip Reuters pada Kamis (12/9/2024), rudal-rudal tersebut lepas landas dari Pyongyang sekitar pukul 7:10 pagi waktu setempat dan menempuh jarak sekitar 360 kilometer (223,7 mil) sebelum jatuh ke laut, kata Kepala Staf Gabungan Militer Korea Selatan tanpa menyebutkan berapa banyak rudal yang ditembakkan.

"Kami mengutuk keras peluncuran rudal Korea Utara yang merupakan provokasi yang jelas-jelas mengancam perdamaian dan stabilitas di semenanjung Korea," katanya dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Reuters.

Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan setidaknya dua rudal balistik dari Korea Utara terbang lebih dari 350 km, hingga ketinggian sekitar 100 km.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, yang pekan lalu mengunjungi Seoul untuk menegaskan kembali hubungan dengan Korea Selatan menjelang pengunduran dirinya, mengatakan Tokyo mengutuk keras peluncuran tersebut dan mengajukan protes terhadap Korea Utara.

"Kami terus melakukan upaya maksimal untuk memantau dan bekerja sama dengan AS dan Korea Selatan," kata Kishida.

Utusan nuklir Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat berbicara melalui telepon dan menyebut peluncuran tersebut sebagai pelanggaran terhadap resolusi PBB, kata Kementerian Luar Negeri Seoul dalam sebuah pernyataan. Mereka juga berjanji akan menanggapi setiap provokasi Korea Utara.

Korea Utara terakhir kali menembakkan rudalnya pada 1 Juli, ketika mereka mengklaim telah berhasil menguji rudal balistik taktis baru yang mampu membawa hulu ledak super besar seberat 4,5 ton.

Peluncuran terbaru ini terjadi beberapa hari setelah pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjanji untuk memproduksi lebih banyak senjata nuklir secara eksponensial dan memastikan senjata tersebut siap digunakan pada waktu tertentu.

Pada akhir bulan lalu, Kim mengawasi uji coba sistem peluncur roket 240 mm yang ditingkatkan yang “membuktikan keunggulannya dalam mobilitas dan konsentrasi serangan”. Dia juga memeriksa drone bunuh diri baru dan menyerukan pengembangan kecerdasan buatan untuk kendaraan tak berawak.

Korea Utara juga telah mengirimkan balon-balon yang membawa sampah melintasi perbatasan ke wilayah selatan selama beberapa hari terakhir, sebuah kampanye yang dimulai pada bulan Mei sebagai pembalasan atas selebaran anti-Pyongyang yang diterbangkan ke negara tersebut menggunakan balon yang ditiup oleh para aktivis Korea Selatan.

Kepala Staf Gabungan Seoul mengatakan Korea Utara menerbangkan sekitar 20 balon pada Rabu malam, namun sejauh ini tidak ada satupun yang terdeteksi di Korea Selatan.

Peluncuran pada hari Kamis mungkin bertujuan untuk menanggapi latihan militer Korea Selatan-AS yang baru-baru ini terjadi atau pengujian rudal untuk diekspor ke Rusia, kata seorang juru bicara militer dalam sebuah pengarahan.

Korea Utara menghadapi tuduhan memasok Rusia dengan senjata termasuk drone dan rudal balistik untuk digunakan dalam perang di Ukraina.

Ukraina dan Amerika Serikat, serta negara-negara lain dan analis independen, mengatakan bahwa Kim membantu Rusia dalam perang tersebut dengan memasok roket dan rudal sebagai imbalan atas bantuan ekonomi dan militer lainnya dari Moskow.

Moskow dan Pyongyang membantah tuduhan tersebut, namun berjanji untuk meningkatkan kerja sama militer dan menandatangani kemitraan strategis komprehensif pada pertemuan puncak pada bulan Juni.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper