Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memasang target pertumbuhan ekonomi untuk pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka di angka 5,2% pada tahun 2025. Target ini cenderung konservatif dibandingkan dengan target-target pada lima tahun terakhir.
Dalam catatan Bisnis, pada periode kedua pemerintahan presiden Jokowi, rata-rata target pertumbuhan ekonomi berada di angka 5,2%. Tentu saja penghitungan angka rata-rata itu tidak menghitung kondisi force majeure Covid-19 yang melanda tanah air pada tahun 2020 dan baru recovery pada akhir 2022.
Target 2025 itu lebih rendah dibandingkan tahun 2020 dan 2023 yang mencapai 5,3%. Angka pertumbuhan di angka 5,2% itu juga sama pada tahun 2022 dan 2024. Target pertumbuhan ekonomi di angka 5,2% hanya lebih besar dibandingkan target tahun 2021 yang waktu itu hanya dipatok sebesar 5%.
Kendati demikian, angka pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% dianggap terlalu optimistis jika mengacu kepada angka realisasi pertumbuhan ekonomi pada 5 tahun terakhir. Rata-rata pertumbuhan ekonomi 2020-2023 (audited) dan 2024 (outlook), hanya mencapai sebesar 3,42%.
Sementara jika mengacu kepada outlook pertumbuhan ekonomi pada 2024 di angka 5,1%, pertumbuhan di angka 5,2% dianggap masih realistis kendati konservatif.
Adapun pemerintah dalam nota keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 mengakui bahwa perekonomian nasional tahun 2025 perlu dinavigasi dengan cermat. Perekonomian tahun 2025 diperkirakan tumbuh sebesar 5,2 persen year on year.
Baca Juga
Kinerja perekonomian tersebut diharapkan ditopang oleh permintaan domestik yang dan kebijakan fiskal yang efektif dalam menjaga stabilitas ekonomi serta mendorong transformasi ekonomi nasional.
Selain itu, tingkat inflasi yang terkendali diharapkan mampu mendorong konsumsi rumah tangga, sementara belanja pemerintah, baik operasional maupun investasi, akan secara langsung mendukung permintaan domestik dan secara tidak langsung mendorong aktivitas sektor swasta.
Meski demikian, pemerintah memperkirakan bahwa kinerja Konsumsi Rumah Tangga pada tahun 2025 diperkirakan masih tumbuh cukup kuat. Aktivitas domestik dipercaya akan tetap tumbuh didukung stabilitas politik nasional pasca Pemilu.
Pidato Jokowi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun pertama pemerintahan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming atau pada 2025 sebesar 5,2%. Jokowi beralasan, target pertumbuhan yang tidak berubah tersebut karena kondisi ekonomi global yang masih relatif stagnan. “Pertumbuhan ekonomi kita akan lebih bertumpu pada permintaan domestik,” lanjutnya.
Pemerintah akan terus menjaga daya beli masyarakat secara ketat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, melalui penciptaan lapangan kerja, serta dukungan program bansos dan subsidi.
Pemerintah akan terus mengupayakan peningkatan produk-produk yang bernilai tambah tinggi yang berorientasi ekspor, yang didukung oleh insentif fiskal yang kompetitif dengan tetap menjaga keberlanjutan fiskal.
Bauran antara fiskal, moneter, dan sektor keuangan akan dijaga untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas sistem keuangan.
Di sisi lain, target pemerintah tersebut lebih optimistis dari prediksi lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF).
Strategi Tim Prabowo
Sementara itu, Ketua Dewan Pakar Partai Amanat Nasional (PAN) Dradjad H. Wibowo menyampaikan bahwa target pertumbuhan ekonomi pemerintahan presiden terpilih periode 2024—2029 Prabowo Subianto sebesar 6% sampai dengan 7%.
Dradjad sendiri merupakan salah satu anggota tim penyusun visi-misi perekonomian pasangan Prabowo-Gibran. Dia merupakan anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran.
"Tidak pernah ada target 8%, targetnya 6%—7%," ujar Dradjad kepada Bisnis, dikutip pada Senin (12/8/2024).
Ekonom senior Indef ini meyakini, pertumbuhan ekonomi pemerintahan Prabowo ke depan bisa mencapai 6%—7% meski sedang terjadi perlambatan ekonomi dunia seperti yang diingatkan Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF).
Dradjad juga tidak menampik, IMF meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di angka 5,1% pada 2024—2029 atau periode pertama pemerintah Prabowo-Gibran. Meski demikian, dia tidak terlalu ambil pusing karena IMF kerap kali mengubah ramalannya.
Lagipula, sambungnya, ada tiga strategi utama yang disiapkan pemerintahan Pranowo nantinya untuk hadapi tantangan perlambatan ekonomi. Pertama, stimulus Keynesian dari APBN.
"Itu diwujudkan antara lain melalui program-program yang langsung dirasakan masyarakat dan sekaligus menjaga konsumsi rumah tangga. Selain itu, untuk membiayai program-program pro-bisnis seperti kebijakan pengadaan pemerintah, program-program pro ekspor, dan seterusnya," ungkap Dradjad.
Kedua, pemerintahan Prabowo ingin menciptakan ekosistem sedemikian rupa agar konsumsi rumah tangga terutama belanja kelas menengah bisa stabil bahkan tumbuh. Caranya, juga dengan stimulus Keynesian.
Kendati demikian, dia menekankan perlu bauran yang tepat di semua unsur kebijakan fiskal dan moneter. Apalagi, menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih punya ketergantungan super tinggi terhadap konsumsi.
Ketiga, deregulasi dengan memangkas berbagai peraturan kementerian/lembaga yang kontra produktif terhadap iklim berusaha dan investasi. Sayangnya, Dradjad tidak mencontohkan aturan yang dimaksud.