Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono memaparkan makna dari tinggal menunggu waktu dua megathrust di Indonesia.
Dalam akun instagramnya dia menuliskan jika tinggal menunggu waktu” bukan berarti segera akan terjadi dalam waktu dekat, karena kejadian gempa belum dapat diprediksi.
"Sehingga kami pun tidak tahu kapan akan terjadi," ujarnya
Dia menambahkan makna “menunggu waktu “ hal itu karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah release gempa besar (tinggal segmen tersebut yang belum lepas).
Dia menambahkan Megathrust Nankai terakhir gempa M8,4 thn 1946 (78 thn).
Hal itu membuat ilmuwan pejabat dan publik Jepang sudah khawatir dan begitu siaga.
Baca Juga
Sementara itu, lanjutnya, "seismic gap" Selat Sunda sudah usia 267 tahun dan Mentawai-Siberut sudah usia 227 thn, sementara segmen-segmen lain sudah release.
"Tugas saya mengingatkan kewaspadaan," tambahnya.
Sebelumnya, Daryono mengatakan kekhawatiran ilmuwan Jepang terhadap Megathrust Nankai saat ini sama persis yang dirasakan dan dialami oleh ilmuwan Indonesia, khususnya terhadap “Seismic Gap” Megathrust Selat Sunda dengan Magnitudo 8,7 dan Megathrust Mentawai-Siberut magnitudo 8,9. Dia mengatakan rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata “tinggal menunggu waktu” karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar.
Sebagai langkah antisipasi dan mitigasi, BMKG sudah menyiapkan system monitoring, prosesing dan diseminasi informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat. BMKG selama ini memberikan edukasi, pelatihan mitigasi, drill, evakuasi, berbasis pemodelan tsunami kepada pemerintah daerah, stakeholder, masyarakat, pelaku usaha pariwisata pantai, industri pantai dan infrastruktur kritis (pelabuhan dan bandara pantai) yang dikemas dalam kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG), BMKG Goes To School (BGTS) dan Pembentukan Masyarakat Siaga tsunami (Tsunami Ready Community).