Bisnis.com, JAKARTA - Konfrontasi dengan Rusia dan dukungan militer untuk Ukraina akan menjadi topik utama pertemuan puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) NATO selama 3 hari yang dibuka di Washington, pada Selasa (9/7/2024).
Secara khusus, para peserta KTT akan berbicara tentang penguatan potensi militer aliansi, peningkatan jumlah tentara negara-negara anggotanya, perolehan senjata baru, termasuk sistem pertahanan udara dan pertahanan rudal, serta persyaratan baru untuk meningkatkan anggaran pertahanan negara-negara Eropa.
Ukraina, sebagaimana yang telah berulang kali dinyatakan oleh perwakilan negara-negara blok tersebut, tidak akan menerima undangan ke NATO atau janji penerimaan keanggotaan dalam jangka waktu tertentu.
Sebaliknya, para pemimpin akan kembali membuat pernyataan politik umum bahwa mereka bermaksud menerima Ukraina di masa mendatang, setelah berakhirnya konflik dengan Rusia.
Rusia menganggap, dengan berkedok jaminan keamanan untuk Kyiv, sejumlah keputusan akan dibuat mengenai pasokan senjata, pelatihan militer, dan pertukaran informasi intelijen yang akan memperpanjang konflik militer.
Adapun negara-negara mitra NATO, selain Ukraina, para pemimpin Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru telah diundang ke pertemuan puncak tersebut untuk membahas perlawanan militer-politik terhadap China dan Korea Utara.
Baca Juga
NATO memandang konfrontasi ini sebagai bagian dari konflik dengan Rusia. Brussels dan Washington percaya bahwa China dan Korea Utara, bersama dengan Iran adalah sekutu utama Rusia, membantu Moskow mengatasi tekanan ekonomi dari Barat dan memusatkan sumber daya militer yang diperlukan untuk melanjutkan operasi militer khusus di Ukraina.
Peringatan tahunan NATO
Para peserta KTT akan memperingati hari jadi ke-75 berdirinya NATO. Namun, perayaan tersebut akan dibayangi oleh dua hal.
Pertama, ini terkait dengan penampilan Presiden AS dari Partai Demokrat Joe Biden yang tidak berhasil dalam debat yang disiarkan, dengan mantan presiden dan lawan politik utamanya, Donald Trump dari Partai Republik.
Bahkan di antara para pendukungnya yang paling setia, hal itu menimbulkan keraguan tentang kemampuan Presiden AS saat ini untuk memimpin Amerika Serikat dan NATO.
Seperti yang dicatat Politico, sekutu aliansi NATO meragukan prospek Biden untuk terpilih kembali, sehingga Presiden AS harus menunjukkan kualitas kepemimpinan dan membuktikan kompetensinya di pertemuan KTT NATO tersebut.
Kedua, kunjungan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban baru-baru ini ke Rusia, yang dianggap oleh Uni Eropa dan NATO sebagai upaya yang merugikan bagi aliansi dan Ukraina.
Keanggotaan Ukraina di NATO
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa pada KTT NATO di Washington, akan diambil langkah-langkah konkret untuk membawa Ukraina lebih dekat ke NATO dan memastikan adanya jembatan menuju keanggotaan.
Dia berbicara dalam konferensi pers di Praha setelah pertemuan informal para kepala urusan luar negeri negara-negara aliansi NATO, pada 31 Mei lalu.
Asistennya untuk urusan Eropa dan Eurasia, James O'Brien, kemudian berpendapat bahwa Barat memandang jalan Ukraina menuju NATO sebagai sesuatu yang tidak dapat diubah.
Namun, pada malam menjelang pertemuan puncak, seorang perwakilan tingkat tinggi dari pemerintah AS tidak mengonfirmasi bahwa deklarasi akhir akan mencakup tentang tidak dapat dibatalkannya aksesi Kyiv ke aliansi tersebut.
Namun, pejabat itu menekankan bahwa komunike tersebut diharapkan berisi sinyal yang sangat kuat dari dukungan sekutu terhadap Ukraina dalam perjalanan menuju integrasi Atlantik, dan juga akan menggarisbawahi pentingnya Ukraina berupaya melakukan reformasi demokrasi, ekonomi, dan pertahanan.
Bantuan Militer untuk Ukraina
Menjelang pertemuan puncak KTT NATO, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa aliansinya bermaksud memastikan bahwa Ukraina memperoleh kemampuan untuk menahan Rusia.
Oleh karena itu, menurut Stoltenberg, untuk mencapai penyelesaian damai krisis Ukraina di meja perundingan, Kyiv harus diberikan lebih banyak senjata.
Stoltenberg menegaskan bahwa pada pertemuan puncak NATO akan mencabut kewenangan untuk mengatur pengiriman senjata ke Kyiv dari kelompok yang dipimpin AS untuk mengoordinasikan pasokan senjata ke Ukraina. Bagi sekutu aliansi, pasokan ini harus menjadi sebuah kewajiban, bukan sukarela.
Faktanya, NATO tidak akan mengoordinasikan pengiriman senjata ke Ukraina, tetapi akan mengelola proses ini. Untuk kebutuhan ini, menurut Stoltenberg, struktur komando yang terdiri dari hampir 700 perwira telah dibentuk di Wiesbaden, Jerman.
Sekretaris Jenderal NATO itu mengakui bahwa rancangan program jangka panjang multi-tahun yang diusulkannya untuk membiayai pasokan senjata dan amunisi ke Kyiv, dalam pertemuan puncak itu belum tentu disetujui.
Awalnya dia mengajukan pembentukan dana sebesar US$100 miliar (Rp1.629 triliun) per tahun, kemudian ambisinya dipangkas menjadi US$40 miliar (Rp651,9 triliun) per tahun.
Akibatnya, negara-negara aliansi sejauh ini telah mencapai kesepakatan awal bahwa pada 2025 mereka akan mengalokasikan US$40 miliar untuk kebutuhan senjata Ukraina.
Stoltenberg mengklaim bahwa peserta KTT akan menyebut angka ini sebagai jumlah minimum untuk pasokan militer ke Kyiv pada tahun-tahun berikutnya, tetapi hal ini akan dirumuskan dan dalam praktiknya akan menjadi jelas hanya setelah deklarasi akhir KTT NATO nanti dipublikasikan.
Janji-janji pasokan baru juga diharapkan dibahas dalam pertemuan puncak KTT NATO tersebut. Secara khusus, Stoltenberg mengumumkan bahwa peluru dan rudal tambahan serta sistem pertahanan udara baru akan disediakan, dan keputusan akan dibuat untuk memperluas pelatihan personel militer Ukraina di Polandia.
Militerisasi Industri dan Pertahanan Rudal
Para pemimpin NATO juga akan membahas langkah-langkah untuk membangun kemampuan militer mereka sendiri di Eropa sebagai bagian dari konfrontasi dengan Rusia.
Adapun di antara langkah-langkah prioritas, Stoltenberg menyebutkan penguatan sistem pertahanan udara dan pertahanan rudal NATO, termasuk melalui penggunaan area posisi pertahanan rudal AEGIS Ashore di Polandia.
Menurutnya, ini adalah salah satu dari dua sistem yang digunakan oleh AS di Eropa sejak menarik diri dari Perjanjian ABM pada 2002. AS dan NATO telah membicarakannya selama hampir 20 tahun sebagai sistem yang selama ini dianggap tidak dapat digunakan untuk melawan Rusia.
Para pemimpin aliansi juga akan membahas rencana militer untuk meningkatkan jumlah unit yang siap dikerahkan di dekat perbatasan Rusia.
Pengembangan logistik militer akan dibahas, termasuk modernisasi dan pembangunan jalan raya, rel kereta api, terowongan, jembatan, pelabuhan, dan lapangan udara untuk segera memindahkan bala bantuan ke sisi timur NATO.
Perwakilan negara-negara blok akan membahas rencana untuk mempercepat pengembangan kompleks industri militer dan meningkatkan produksi senjata dan amunisi baik untuk memasok Ukraina dalam konflik terbuka dengan Rusia, maupun untuk mengisi kembali cadangan mereka sendiri, yang sangat terkuras karena pasokan ke Kyiv.
Seorang pejabat pemerintah Washington mengatakan bahwa AS bermaksud mengumumkan langkah-langkah baru untuk memperkuat pertahanan udara dan kemampuan militer Ukraina.
Dia menjelaskan bahwa hal itu menyiratkan penguatan signifikan kemampuan pertahanan Kyiv. Selama pertemuan puncak, Washington mungkin juga akan merilis informasi baru tentang penyediaan jet tempur F-16 AS untuk Ukraina.
Tindakan Keamanan
Acara utama KTT NATO akan berlangsung di Washington Convention Center di pusat bisnis kota. Masalah keamanan ditangani oleh Dinas Rahasia AS, yang memberikan perlindungan kepada para pemimpin negara dan pemimpin asing di tanah Amerika, bersama dengan Kepolisian Metropolitan dan Garda Nasional Distrik Columbia.
Biro Investigasi Federal AS akan memantau situasi untuk mengidentifikasi ancaman teroris. Petugas penegak hukum akan memasang pagar pelindung dan pos pemeriksaan untuk mobil dan pejalan kaki di sepanjang lokasi KTT. Beberapa jalan di pusat ibu kota Amerika akan diblokir.