Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Qatar dan Mesir Ancam Hamas Segera Sepakati Gencatan Senjata di Gaza

Qatar dan Mesir mengancam akan membekukan aset pemimpin Hamas dan mengusirnya dari Doha jika Hamas menolak proposal gencatan senjata.
Tentara Israel berjalan di dekat tank di tengah konflik Israel dan Hamas di dekat Perbatasan Israel-Gaza, di Israel selatan, 9 Mei 2024./Reuters
Tentara Israel berjalan di dekat tank di tengah konflik Israel dan Hamas di dekat Perbatasan Israel-Gaza, di Israel selatan, 9 Mei 2024./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Qatar dan Mesir mengancam para pemimpin Hamas akan membekukan aset mereka dan mengusirnya dari Doha jika Hamas menolak proposal gencatan senjata dengan Israel di Gaza.

Menurut laporan Wall Street Journal, Senin (10/6/2024), para mediator menyampaikan ancaman tersebut atas perintah pemerintahan Amerika Serikat (AS) Joe Biden, yang sedang mencari cara untuk membujuk Hamas agar menandatangani perjanjian tersebut. 

Menurut laporan tersebut, Presiden AS Joe Biden perlu menyelesaikan kesepakatan tersebut di tengah pusaran politik terkait perang.

Pada saat yang sama, WSJ melaporkan bahwa ancaman-ancaman ini mempunyai dampak yang berlawanan dengan yang diharapkan. 

Sementara itu, Hamas mengatakan mereka tidak akan menyetujui kesepakatan gencatan senjata yang tidak memenuhi persyaratannya.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed bin Mohammed Al Ansari mengatakan dalam pernyataannya pada 7 Juni bahwa Hamas masih mempertimbangkan proposal tersebut, yang mencakup gencatan senjata di Jalur Gaza dan pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina.

Saluran TV Al-Qahera Al-Ekhbariya Mesir melaporkan bahwa Hamas akan memberikan tanggapannya dalam beberapa hari ke depan.

Sebaliknya, televisi Al-Ghad mengklaim bahwa Hamas telah memberikan tanggapannya kepada para perunding, menuntut agar gencatan senjata di Jalur Gaza harus dimulai satu pekan sebelum rencana pertukaran sandera Israel yang ditahan oleh Hamas, dengan warga Palestina yang dipenjara oleh Israel.

Sebelumnya, Joe Biden mengumumkan rencana gencatan senjata Israel-Palestina yang terdiri dari tiga fase, dengan masing-masing fase berlangsung selama 6 pekan, pada 31 Mei lalu. 

Fase pertama, mencakup gencatan senjata total, penarikan pasukan Israel dari pemukiman di Gaza dan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas dengan imbalan pembebasan ratusan narapidana Palestina dari penjara Israel. 

Selain itu, para pihak diharapkan memulai perundingan pada tahap ini, dengan gencatan senjata tetap berlaku sampai mereka mencapai kesepakatan. 

Fase kedua, mengatur pembebasan semua sandera yang masih hidup, termasuk militer. Fase ketiga, akan menjadi awal dari rekonstruksi Jalur Gaza yang hancur akibat perang.

Pada hari yang sama, Hamas mengatakan bahwa mereka bersikap positif terhadap inisiatif Biden tetapi menekankan bahwa mereka akan setuju untuk mempertimbangkan proposal tersebut hanya setelah pihak Israel menyatakan komitmennya terhadap prinsip yang sama. 

Namun, pejabat senior Hamas Osama Hamdan mengatakan bahwa kondisi perundingan gencatan senjata di Gaza yang digariskan oleh Biden menunjukkan bahwa Israel tidak memiliki niat untuk menarik pasukannya dari Gaza, pada 4 Juni lalu. 

Adapun Israel menyatakan hanya tertarik pada satu jenis gencatan senjata ketika mereka dapat mengembalikan sanderanya dan setelah itu mereka akan melanjutkan agresi terhadap rakyat Palestina.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper