Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Netanyahu Abaikan Ancaman Biden, Israel Ngotot Bombardir Rafah

Pasukan Israel membombardir daerah-daerah di Rafah bagian timur pada Kamis (9/5/2024) meskipun Presiden AS Joe Biden mengancam akan hentikan pasokan senjata.
Tentara Israel berjalan di dekat tank di tengah konflik Israel dan Hamas di dekat Perbatasan Israel-Gaza, di Israel selatan, 9 Mei 2024./Reuters
Tentara Israel berjalan di dekat tank di tengah konflik Israel dan Hamas di dekat Perbatasan Israel-Gaza, di Israel selatan, 9 Mei 2024./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pasukan Israel membombardir daerah-daerah di Rafah bagian timur pada Kamis (9/5/2024) setelah perundingan gencatan senjata gagal menemui kesepakatan.

Serangan terjadi usai Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengabaikan ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk menghentikan bantuan senjata dari Israel nekat menyerang.

Melansir Reuters, Jumat (10/5), seorang pejabat senior Israel mengatakan bahwa putaran terakhir perundingan gencatan senjata yang dimediasi Mesir dan Qatar berakhir dan Israel akan melanjutkan operasinya di Rafah dan bagian lain dari Jalur Gaza seperti yang telah direncanakan.

Israel telah menyampaikan kepada para mediator atas keberatannya terhadap proposal Hamas untuk kesepakatan pembebasan sandera, kata pejabat tersebut.

"Jika perlu, kami akan bertempur dengan kuku-kuku kami. Tapi kami memiliki lebih dari sekadar kuku,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan.

Di Gaza, kelompok militan Palestina Hamas dan Jihad Islam mengatakan bahwa para pejuang mereka menembakkan roket anti-tank dan mortir ke arah tank-tank Israel yang berkerumun di pinggiran timur kota itu.

Warga dan petugas medis di Rafah, daerah perkotaan terbesar di Gaza yang belum dikuasai oleh pasukan darat Israel, mengatakan bahwa serangan Israel di dekat sebuah masjid menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai beberapa orang lainnya di wilayah timur kota itu.

Rekaman video dari tempat kejadian menunjukkan menara masjid ambruk di antara reruntuhan dan dua mayat yang terbungkus selimut.

Serangan udara Israel terhadap dua rumah di daerah Sabra, Rafah, menewaskan sedikitnya 12 orang, termasuk perempuan dan anak-anak.

Di antara yang tewas adalah seorang komandan senior Brigade Al-Mujahidin dan keluarganya, serta keluarga pemimpin kelompok lainnya, menurut petugas medis, kerabat, dan kelompok tersebut.

Israel mengatakan bahwa militan Hamas bersembunyi di Rafah, yang populasinya membengkak oleh ratusan ribu warga Gaza yang mencari perlindungan.

Di AS, Gedung Putih mengulangi harapannya agar Israel tidak melancarkan operasi penuh di Rafah, dengan mengatakan bahwa mereka tidak yakin hal itu akan memajukan tujuan Israel untuk mengalahkan Hamas.

"Menghantam Rafah, dalam pandangan [Presiden Biden], tidak akan memajukan tujuan itu," kata juru bicara Gedung Putih John Kirby.

Kirby mengatakan bahwa Hamas telah ditekan secara signifikan oleh Israel dan ada pilihan yang lebih baik untuk memburu sisa-sisa kepemimpinan kelompok tersebut daripada melakukan operasi dengan risiko yang besar terhadap warga sipil.

Kementerian kesehatan Gaza mengatakan serangan Israel ke Gaza telah menewaskan hampir 35.000 warga Palestina dan melukai hampir 80.000 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.

Serangan tersebut dilancarkan sebagai tanggapan atas serangan lintas batas oleh militan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 252 orang. Sekitar 128 sandera masih berada di Gaza dan 36 orang telah dinyatakan tewas, menurut data terbaru Israel.

Pada Rabu, Biden mengeluarkan peringatan paling keras terhadap invasi darat penuh di Rafah. Biden mengancam akan menghentikan pasokan senjata ke Israel jika mereka tetap melakukan agresi penuh ke Rafah.

Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat Michael Herzog mengatakan bahwa keputusan untuk menahan senjata dari Israel di Rafah mengirimkan "pesan yang salah" kepada Hamas dan musuh-musuh negara itu.

"Ini membuat kami seakan terdesak karena kami harus berurusan dengan Rafah dengan satu atau lain cara," kata Duta Besar dalam webinar Carnegie Endowment for International Peace.

Juru bicara Angkatan Bersenjata Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan militer Israel memiliki amunisi yang dibutuhkan untuk operasi di Rafah dan operasi lain yang direncanakan,

Pasukan bersenjata Israel telah menewaskan 50 orang bersenjata Palestina di Rafah timur dan menemukan beberapa terowongan, kata Hagari.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper