Bisnis.com, JAKARTA — Gunung Tambora di pulau Sumbawa, NTB, meletus pada 209 tahun dan tercatat sebagai letusan gunung api terdahsyat sejak ledakan Danau Taupo di Selandia baru pada 180 Masehi.
Data Badan National Oceanic & Atmospheric Administration Kementerian Perdagangan AS mencatat letusan dahsyat Gunung Tambora pada 10 Oktober 1815 mengakibatkan asap dan abu yang mengelilingi bagian belahan bumi utara.
“Tahun yang mengikuti letusan dikenal sebagai Tahun Tanpa Musim Panas, di mana suhu rata-rata di belahan bumi utara turun satu derajat Fahrenheit penuh akibat debu yang dihasilkan yang tersebar tinggi di atmosfer,” ungkap catatan NOAA di laman resminya.
Musim dingin vulkanik juga menyebabkan kegagalan panen, kekurangan pangan, dan banjir di sebagian besar wilayah Amerika Utara, Eropa Barat, dan sebagian Asia.
Gunung yang semula memiliki ketinggian sekitar 4.000 Mdpl, menjadi 2.850 Mdpl hingga sekarang itu pun sempat mengubah iklim global karena sulfur yang mencapai lapisan stratosfer. Fenomena ini kemudian disebut sebagai ‘tahun tanpa musim panas’ di bumi belahan utara.
Menurut sumber klimatologis sejarah, jumlah kematian akibat peristiwa pada tahun 1815 mencapai 11.000 jiwa akibat dari aliran piroklastik dan lebih dari 100.000 jiwa mengalami kekurangan pangan selama satu dekade berikutnya.
Baca Juga
Sementara itu, berdasarkan penelitian Oppenheimer, korban Letusan Tambora pada 1815 diperkirakan lebih dari 71.000 jiwa. Sebagian besar korban meninggal diakibatkan oleh bencana kelaparan dan penyakit endemik. Letusan Tambora juga memicu tsunami di beberapa wilayah dan memakan banyak korban jiwa.
Hal yang unik mengenai letusan maha dahsyat Tambora adalah perubahan iklim sebagai efek letusan yang dipercaya sedikit banyak mengubah sejarah dunia. Napoleon Bonaparte kalah dalam salah satu perang karena perubahan iklim tersebut.
Di Jerman, kegagalan panen dan banyak kuda yang mati kelaparan, menginspirasi Baron Karl von Drais untuk menciptakan kendaraan alternatif, yang kini kita kenal sebagai sepeda.
Dalam skala kekuatan erupsi gunung berapi, Volcanic Explosivity Index (VEI), letusan Gunung Tambora menempati VEI 7 atau tertinggi kedua dari puncak VEI 8. Efek yang dihasilkan dirasakan seluruh dunia.
Adapun, pada letusan terbesarnya pada 69.000 tahun silam, ledakan Danau Taupo di utara Selandia Baru, yang mengeluarkan 1.170 km kubik materi vulkanik ke atmosfer, mencatatkan level 8 pada skala VEI.
Lebih Jauh, menurut Volcano Discovery, sekitar 50 sampai 150 kilometer kubik magma keluar dari perut bumi melalui Tambora yang menghasilkan kubah kolosal setinggi hampir 50 kilometer dan membawa abu dalam jumlah besar di angkasa.
Lebih jauh, penelitian yang digagas oleh peneliti dari Univesitas Rodhe Island, Sigurdson, pada 2006, berusaha menguak keberadaan Kerajaan Tambora. Kerajaan ini diperkirakan terkubur sedalam 10-25 meter di dalam tanah yang bercampur dengan abu vulkanik. Sigurdson menyebut sisa-sisa peradaban saat itu sebagai ‘pompeii dari timur’.
Selain Kerajaan Tambora, ada dua kerajaan lain yang dikabarkan ikut terimbas letusan Tambora. Kerajaan itu adalah Kerajaan Sanggara dan Kerajaan Pekat.