Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia membeberkan penyebab 'Jokowi Effect' tidak begitu melekat ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang kini digawangi oleh anak bungsunya, Kaesang Pangarep.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan survei kepada masyarakat sebelum Pemilu 2024 digelar di Indonesia, hasilnya kurang dari 60% masyarakat yang mengenal PSI.
"Dari mereka yang kurang 60% kenal PSI itu adalah masyarakat kalangan menengah ke atas," tuturnya di Jakarta, Rabu (28/2/2024).
Sementara itu, kata Burhanuddin, Presiden Jokowi lebih banyak dikenal masyarakat kalangan menengah ke bawah, sehingga dianggap wajar jika pendukung Jokowi banyak yang tidak kenal dengan PSI, apalagi Kaesang Pangerep yang kini jadi Ketum PSI.
"Nah kelas menengah ke bawah, itu tidak tahu PSI dan tidak tahu Kaesang jadi Ketua Umum PSI. Itu yang membuat Jokowi Effect kurang maksimal terhadap PSI," katanya.
Kendati demikian, menurut Burhanuddin, Jokowi Effect sangat terasa di pertarungan Pilpres Pemilu 2024. Menurutnya, ada 87 persen masyarakat mengetahui bahwa paslon Prabowo-Gibran mendapat endorse dari Presiden Jokowi.
Baca Juga
"Apalagi dibantu oleh strategi dari PDI-Perjuangan dan Ganjar yang mendisasosiasi dengan kritikan keras ke Pak Jokowi. Nah itu, yanf menyebabkan efek Pak Jokowi di pilpres dimonopoli oleh 02," ujarnya.
Adapun, berdasarkan penghitungan cepat atau quick count Lembaga Survei Indonesia per Kamis (15/2/2024), PSI hanya memperoleh suara 2,9% dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024.
Sementara itu, berdasarkan penghitungan cepat Indikator Politik per Jumat (16/2/2024), PSI hanya mengantongi 2,81% suara dalam Pileg 2024 secara nasional.
Begitu juga dengan data penghitungan cepat oleh Poltracking Indonesia per Sabtu (17/2/2024), perolehan suara PSI dalam Pileg 2024 hanya mencapai 2,89%.