Bisnis.com, JAKARTA - Video yang menggambarkan masyarakat Badui berbondong-bondong turun gunung ke kota untuk membela calon presiden Anies Baswedan dari preman pemilu merupakan hoaks.
Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) menyebut sebenarnya ribuan masyarakat Badui tersebut sedang berjalan menuju Rangkasbitung. Adapun kegiatan ini merupakan bagian dari budaya setempat.
“Ribuan masyarakat Badui tersebut sedang berjalan menuju ke Rangkasbitung dalam rangka bagian dari budaya Seba, yang mana warga Badui akan pergi turun gunung secara serempak dengan berjalan kaki dari Desa Kanekes menuju Rangkasbitung,” tulis Mafindo, dikutip dari lamannya Minggu (25/2/2024).
Oleh karena itu, Mafindo menyebutkan peristiwa turunnya masyarakat Badui ke kota tidak ada kaitannya dengan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Mengutip dari laman Kemenkeu, ritual Seba merupakan merupakan perwujudan ketaatan urang Kanekes kepada pemerintah Republik Indonesia yang secara simbolis dilakukan kepada kepala pemerintahan di daerah yaitu Bupati Lebak dan Gubernur Banten.
Seba ini telah dilaksanakan sejak zaman kejayaan Kesultanan Banten.
Baca Juga
Ritual Seba ini merupakan rangkaian upacara tradisi adat yang dilakukan setelah dua tradisi Kawalu dan Ngalaksa setelah masa panen selesai.
Diketahui Kawalu merupakan pelaksanaan puasa kawalu, sementara Ngalaksa adalah silaturahmi kepada kerabat dan tetangga dengan membawa hasil panen atau membuat makanan Laksa.
Adapun ritual Seba secara umum diawali dengan dipilihnya perwakilan masyarakat Badui, baik Badui dalam dan luar oleh para tetua adat dan tetua adat tertinggi. Pada masyarakat yang terpilih inipun akan ikut serta dalam perjalanan panjang ini.
Nantinya, perbedaan Badui dalam dan luar adalah warna baju dan ikat kepala yang berbeda. Diketahui, Badui dalam akan menggunakan pakaian serba putih, sementara Badui luar akan berpakaian serba hitam.
Adapun perjalanan seba Badui dilakukan sejauh sekitar 80 kilometer yang ditempuh dengan berjalan kaki dan tanpa kendaraan bagi masyarakat Badui dalam. Pada tahun 2018 sebelum pandemi Covid-19, jumlah peserta seba melebihi 1688 orang.
Lebih lanjut, ketika rombongan sampai di pendopo kabupaten/provinsi, wakil para tetua adat akan mengawali ritual dengan pengucapan tatabean (ucapan seserahan dalam bahasa asli Badui) yang berisi laporan kondisi warga, kondisi hasil panen, dan kondisi keamanan wilayah.
Setelah itu dilakukan dialog antara bupati ataupun gubernur yang menitikberatkan rasa terima kasih pemerintah kepada warga wilayah Badui yang telah menjaga nilai-nilai warisan leluhur serta menjaga kelestarian alam dan menjaga lingkungan hidup dengan baik.
Seba Badui diakhiri dengan penyerahan hasil bumi, seperti beras, ketan, gula aren, pisang, durian, talas, dan seperangkat alat dapur kepada bupati/gubernur.
Adapun makna yang terkandung dari penyerahan hasil bumi dan seperangkat alat dapur ini adalah penegasan bahwa urang Kanekes adalah masyarakat petani yang amat sangat tergantung dari kondisi alam. Selain itu mereka juga memiliki tugas dari leluhurnya untuk menjaga kelestarian alam dan menjaga wilayah aliran sungai.
Sebagai balasan, bupati ataupun gubernur akan memberikan bingkisan kepada perwakilan urang Kanekes yang memimpin jalannya seba Badui.