Bisnis.com, BANDUNG - Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, memastikan bencana angin kencang yang terjadi di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang bukanlah puting beliung, melainkan tornado.
Erma memastikan bencana tornado itu merupakan yang pertama kali terjadi di Indonesia.
"Ini sudah first time. Dari analisis visual saja, kita bisa pastikan ini beda nih, ini bukan puting beliung yang biasanya terjadi di wilayah kita, yang sulit dideteksi. Karena mikro, ini bukan mikro lagi, ini meso. Tornado itu meso," katanya saat dihubungi media, Kamis (22/2).
Erma mengatakan terdapat empat faktor yang membedakan antara puting beliung dengan tornado. Faktor pertama dilihat dari skala kecepatan anginnya. Skala tornado mempunyai kecepatan angin mencapai angka 65 hingga 67 kilometer/jam.
"Selama ini kan kita hanya mengatakan angin puyuh atau puting beliung karena gak pernah bisa mencapai ambang batas kecepatan angin yang bisa kita katakan tornado level awal atau paling rendah, itu yang pertama dari skala kecepatan," katanya.
Kemudian, faktor kedua yakni terkait dengan skala radiusnya dimana bencana tornado mempunyai skala radius hingga mencapai 2 kilometer.
"Apabila skala radiusnya masih berada di bawah angka 2 kilometer, maka hal itu masih dikategorikan mikro dan belum termasuk meso," katanya.
Lalu, faktor ketiga dan keempat yakni dilihat dari dampak yang ditimbulkan serta durasinya. Selama ini, bencana angin kencang yang terjadi di Indonesia tak pernah mempunyai dampak terlalu merusak dan durasinya pun cenderung singkat.
"Kemudian, yang keempat itu durasi. Puting beliung di wilayah kita selalu kurang dari 10 menit. Gak ada yang melampaui durasinya 10 menit," paparnya
Dia memastikan angin kencang yang terjadi di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang sudah memenuhi keempat faktor tersebut.
Selain itu, fenomena angin kencang itu terlihat jelas di satelit awan sehingga memperkuat kepastian bahwa fenomena itu merupakan tornado.
"Mata badainya terlihat dari satelit awan, ya berarti tornado dong. Karena kalau puting beliung gak bisa terdeteksi dari satelit awan, awannya itu gak kelihatan," ujarnya.
Pihaknya mengimbau masyarakat agar lebih waspada saat memasuki musim penghujan. Alangkah lebih baik, mencari tempat berlindung bila melihat awan gelap di langit yang bergerak dengan cepat.
"Intinya harus waspada kalau sudah ada awan gelap dan sebagainya nih, awan itu bergerak dengan cepat, awan mendungnya itu, maka itu bisa dipastikan ada angin kencangnya. Cuma kita gak tau muter atau enggaknya kan, jadi kita sendiri yang harus waspada," tuturnya.
Sebelumnya, bencana puting beliung menerjang wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang pada Rabu (21/2/2024).
Data terkini BPBD Jabar, terdapat lima kecamatan yang terdampak bencana di dua wilayah tersebut yakni Kecamatan Jatinangor, Kecamatan Cimanggung, Kecamatan Cileunyi, Kecamatan Rancaekek, dan Kecamatan Cicalengka.
Di Kabupaten Sumedang, Hadi merincikan, terdapat 13 unit pabrik dan 10 rumah warga yang rusak. Sementara di Kabupaten Bandung, terdapat 4 pabrik dan 87 rumah warga yang rusak. Rumah warga yang rusak berada dalam kategori rusak ringan, rusak sedang, hingga rusak berat.
Dia mencatat terdapat 12 orang yang mengalami luka di Kabupaten Sumedang dan 19 orang yang terluka di Kabupaten Bandung akibat bencana itu. Warga yang terluka dilarikan ke RSUD Cicalengka dan RS Kesejahteraan Keluarga (RSKK).