Bisnis.com, JAKARTA - Pasangan calon (paslon) nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mendapat perolehan suara paling tinggi versi hitung cepat atau quick count.
Pada Rabu (14/2/2024), Prabowo-Gibran berhasil mendapat suara lebih dari 50% mengalahkan pasangan Anies-Imin dan Ganjar-Mahfud.
Kemudian dari pantauan Bisnis pada Jumat (16/2), Prabowo-Gibran juga unggul pada perhituangan sementara real count Pemilu.
Dari situs resmi KPU, suara yang masuk tercatat hampir mencapai 50% atau tepatnya 49.30% atau 405.856 dari total 823.236 TPS yang ada.
Dari total suara yang telah dihitung, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memimpin telak dengan 29.162.439 suara atau 56,88%.
Perolehan suara Prabowo-Gibran ini pun tak terduga karena langsung menang telak melawan dua pesaingnya.
Baca Juga
Kemenangan Prabowo-Gibran ini diduga paling banyak diberikan oleh mereka yang tergolong sebagai silent majority.
Hal ini juga diungkapkan oleh Ketua TKD Prabowo-Gibran Jabar, Ridwan Kamil.
“Atas nama Pak Prabowo dan Mas Gibran, saya menghaturkan terima kasih, terutama kepada rakyat Jabar yang sudah mendukung, yang saya sebut dengan silent majority ya, yang mungkin tidak ramai di medsos tapi mereka membuktikan aspirasi di hari H TPS-nya,” ungkap Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil.
Apa itu Silent Majority?
Silent Majority merupakan istilah viral di media sosial yang menjadi pertanda suara masyarakat tak terlihat.
Menurut Ridwan Kamil, silent majority adalah mereka yang kerap memperhatikan terkait Pemilu namun jarang berkomentar di media sosial.
“Mereka yang menyimak namun jarang komen, mereka yang jarang ribut-ribut di medsos tiap akun ini posting #politik,” ujar Ridwan Kamil di media sosialnya.
Adapun menurut kamus Oxford, silent majority memiliki dua arti. Yakni pertama arti literal, yaitu mayoritas diam.
Kedua arti secara konteks yakni sekelompok besar orang di suatu negara yang tidak menyatakan pendapat terkait sesuatu atau tidak mengungkapkan pendapatnya secara terbuka.
Silent majority ini biasanya tidak aktif menyuarakan pendapat politiknya secara terbuka. Namun mereka dianggap sebagai basis kekuataan yang masif.
Sedangkan menurut Merriam-Webster, silent majority memiliki arti sebagian besar dari populasi negara yang terdiri dari orang-orang yang tidak terlibat aktif dalam politik.
Berbeda dengan Oxford dan Merriam-Webster, Political Dictionary memberikan definisi berbeda mengenai silent majority.
Dituliskan bahwa istilah silent majority mengacu pada sekelompok besar pemilih yang merasa terpinggirkan, dibungkam, atau kurang terlayani oleh sistem politik yang ada.
Secara umum diasumsikan bahwa, jika mereka memberikan suara secara massal, “mayoritas” ini akan memiliki kemampuan yang sangat besar untuk mempengaruhi hasil suatu pemilu.
Dalam pemberitaan NPR, dalam sejarahnya silent majority juga digunakan untuk menggambarkan mereka yang tidak setuju dan marah terhadap ketidaksanggupan pemerintah dalam menentukan aturan-aturan baru karena kursi kepresidenan dan Kongres dikendalikan oleh partai politik yang berbeda.